Botol alkohol berisi setengahnya diteguk sampai habis, Haechan masih asyik mengayunkan tangan yang mengudara di atas kepala, pun tubuhnya turut bergerak, mendengar alunan musik nan suara meriah dari orang-orang yang berada di area yang sama ; dance floor, pria molek ini gak sadar ada sepasang tangan besar yang mencengkram pinggangnya.
Tangan besar itu bergerak semakin turun, merambat ke bokong sintal pria manis yang masih asyik dengan musik yang mengalun semakin keras. Gak sampai situ, sepasang tangan itu merambat turun— ke bokong sintal pria manis incarannya, ia masih asyik dengan musik yang mengalun semakin keras.
Sekali oh belum sadar...
Dua kali disitulah Haechan baru sadar akan remasan tangan asing di bagian tubuhnya— ia baru sadar kehadiran lelaki lebih tinggi yang sedari tadi menyentuh tubuhnya.
“Oh, hey—” Haechan berbalik badan menghadap lelaki yang gak ia kenal sama sekali.
“Kamu cantik banget.” katanya, lalu sepasang tangan besar itu melingkar dengan erat di pinggang ramping si cantik.
Haechan say thank you, tanpa menghentikan tubuhnya yang begerak sesuai dengan irama musik, ia mengeluarkan cengiran manis di bibirnya, lalu sepasang lengan ramping melingkar di leher lelaki itu, menerima dengan hangat akan kehadiran laki-laki maskulin yang lebih tinggi darinya itu
Botol yang masih ia pegang diteguk lagi, “Sudah habis itu.”
“Hmm...? — ah iya.”
Botol dengan merk yang sama disodorkan di hadapannya, Haechan tanpa ragu menerima itu, lalu meneguk di depan si pemilik botol sampai botol berisi setengah alkohol itu habis tak tersisa.
Wajahnya memerah, badan terasa lemas, lengan tangan semakin erat melingkar di leher jenjang lelaki di hadapannya. Ia dengan sengaja jatuhkan wajah cantiknya tepat di ceruk leher pria asing itu. Gak mau kalah sama perlakuan Haechan, figur lebih tua hirup aroma wangi dari pria manis yang sedari tadi menarik perhatiannya.
Tangan besar itu menyapa bokong padat Haechan, diremas-remas penuh napsu, dan Haechan terima itu.
Ketika terasa lehernya disesap sama bibir Haechan yang gak kalah napsu, laki-laki itu menyeret Haechan dari kerumunan, lalu dibawa ke toilet yang lumayan sepi.
“Aduh iket pinggangnya kenceng banget, ini juga ribet banget celana dipakein rante-rante— ayo buka.” Cekatan tangan Haechan membuka celananya, pun aksesoris yang nempel disana.
“Gini kan enak— kenapa gelisah gitu? Udah biasa kan ngentot di toilet gini?”
Gelengan menjadi jawaban, lelaki itu sunggingkan senyum. “Oh jadi first time? Ngentot di kamar mandi dan sama stranger gini...?” si cantik mengangguk.
“Tapi kamu gak masalahkan... Mas ajak kamu Main disini...?”
Oh shit! Kenapa kata Mas yang keluar dari mulut pria asing ini terdengar begitu seksi.
Entah Haechan yang sudah mabuk total atau tubuhnya dikuasi oleh nafsu yang membara, sehingga reaksinya begitu berlebihan.
“Bukain celana Mas, bisa?”
Pria cantik itu seakan terhipnotis sama Mas Mas ini. Jemari lentik bergerak begitu cepat melepaskan celana Masnya.
“Mas—”
“Milan, Mas Milan sayang, kamu?”
”... Haechan.”
“Haechan cantik, Mas izin lepas bajunya, boleh?”
Tentu boleh. Ia mengangguk semangat, lalu mengangkat kedua tangannya ke udara, buat lelaki bernama Mas Milan itu terkekeh kecil.
“Lucu banget sih kamu.”
Haechan baru buka bawahan dan segala jenis aksesoris yang berada di celana, jadi ia hanya kenakan baju tipis nan celana dalam bergambar kucing di tengahnya. Dan saat ini hanya tersisa benda segitiga itu saja.
Mark geser pelan tubuh pria manis itu yang nampaknya sudah gak sadar akibat alkohol yang ditenggak berlebihan. Di geser sampai menghadap pintu toilet yang tertutup, sedang ia berdiri di belakangnya. Lalu menyodorkan dua jarinya di depan mulut si cantik, menepuk bibir plumpy itu sampai terbuka, kemudian dua jemari panjang masuk ke dalam mulut Haechan.
Figur submissive langsung paham akan niat yang lebih tua, ia menyecap jemari itu, diemut selayaknya permen manis.
Gak pakai lama, setelah dirasa jarinya sudah cukup berselimut liur si pria cantik itu, jemari panjang Mark keluar, sebelah tangannya meremas bokong sintal Haechan, kemudian ditampar dua kali sampai si empunya melengguh.
“Nghh~ Mass...”
“Mas buka celana dalam kamu, ya?”
Haechan mengangguk.
Perlahan celana dalam lucu itu turun sampai paha, dibiarkan menggantung diperpotongan paha sekal si empunya.
Cuh! Cuh!
Dua kali figur pria tampan itu meludah tepat di atas pantat polosnya yang tembam, kemudian ia seret ludahnya masuk ke dalam lubang senggama shit! Sempit banget... jangan jangan...
“Aah! Sakitt...”
“Tahan sebentar,”
Milan menambah jarinya ke dalam lubang si cantik, menusuknya kian mendalam, mengacak-acak lubang sempit itu sampai ia merasa puas.
“Mnghh~ aahhh~ Mass...”
“Sakit sayang, bisa tahan?”
Jeans ketat setengah paha dengan berbagi aksesoris di depannya, lalu atasan kaos tipis yang kalau dilihat dari jarak jauh pun tubuh polosnya akan terlihat jelas, apalagi dengan jarak sedekat ini.
Haechan pergi ke tempat ini dengan perasaan sebal, lalu ia membuat perjanjian pada dirinya sendiri ; siapapun yang berani menyentuh dirinya paling awal, dialah yang akan ia ajak menghabiskan malam panas bersama.
Sejauh Haechan menjalin hubungan bersama pacarnya gak pernah sekesal sampai senekat ini. Ia bahkan sebelumnya belum pernah datang ke tempat malam ini sendirian, kalau gak sama pacar, ia akan datang sama temannya. Lalu ini, seks.... sama stranger....? Dan di toilet tempat umum yang ramai.....? Belum pernah sama sekali, tapi kali ini ia berani dengan sungguh-sungguh. Tekatnya sudah bulat, ditambah efek alkohol yang membawa dirinya hingga sampai disini.
“Nungging.”
Haechan menunggingkan badan— Bugh!
“Bangsat!”
“Elo yang bangsat!”
“Bajingan! Lo apa-apain anjing? Cari sendiri lonte modelan kaya gini di bawah banyak.”
“Bacot!” pacar Haechan kembali meninju sudut bibir Milan, sampai si empunya merasakan anyir di lidahnya.
“Lonte? Dia pacar gue anjing!”
“Mark—”
“Sayang, kamu apa-apaan sih?”
Milan membuang ludahnya yang penuh darah di hadapan Haechan. Pukulan pacarnya lumayan juga, sampai pria asing itu merasakan kebas pun darah segar mengalir di sudut bibirny. “Pacarnya dijaga bro, masa ngajak ngentot stranger kaya lonte murahan aja.” tuturnya sarkas, lalu berlalu pergi meninggalkan pasangan itu.
Haechan tidak mabok, pun tidak sepenuhnya sadar. Tapi ia sedikit pusing akibat menengguk minuman alkohol yang berlebihan. Pening di kepalanya membuat ia kehilangan sedikit fokusnya. Figur si submissiv itu sekuat tenaga membalikan kesadarannya, ia berusaha membangkitkan jiwa yang hampir hilang.
“Haechan pulang!”
“Mark—”
“Ayo pulang!”
“Hngghh... engga mau.”
Mark gak peduli sama gelengan dari pacarnya ini, ia berburu membopong tubuh Haechan lalu dibawa keluar dari dalam toilet.