Dua minggu yang lalu Marki dapat panggilan untuk datang menggendang di acara pesta rakyat yang diadakan sama kepala desa sebelah.

Malam telah tiba, malam yang ia tunggu-tunggu, Mark tersenyum cerah. Diambilnya sebuah parfum, ia semprotkan wewangian itu ke titik tertentu ; seperti tengkuk leher, pergelangan tangan, serta dengkul kaki. Rambutnya disisir rapi—ke atas, supaya nanti tidak ganggu kegiatan menggendangnya di acara sana.

“Mas Marki! Ya ampun nggantenge.”

“Halah halah lambene..... cah cah, kok yo wis pinter ngalus!” Jawab Mark, sambil tarik helaian rambut wanita yang duduk di depan cermin—nata rambut hendak dipasang sanggul.

Wanita itu bernama Lina, sinden lama yang udah kenal dekat sama Mark. Saking dekatnya Lina sudah dianggap adik sendiri sama Mark.

“Omong-omong mas udah tau belum?”

“Opo Lin?”

“Katanya nanti bakalan ada sinden baru! Belum tau mas?”

“Gak. Mas gak tau,”

“Wih mas, cahe ayu pol! Bodine mont—”

“Hush! Cangkemu kui lho!”