Kakak beradik

Sewaktu masih tinggal satu rumah, Mark pernah mandi bareng sama Haechan. Dalam keadaan terdesak, lalu ibu menyuruh kakak beradik itu mandi bersama untuk menyingkat waktu. Dan setelah itu Mark lihat kakaknya jadi beda, setiap kali di dekatnya menjadi canggung, degupan jantungnya tak seperti biasa.

Mark kagum sama badan sempurna Kak Haechan.

Mark suka sama badan berisi Kak Haechan.

Mark sange tiap kali otaknya terbayang badan polos Kak Haechan.

Mark — Mark — Mark menginginkan Kak Haechan!

Kak Haechan Kak Haechan dan Kak Haechan selalu ada di pikiran joroknya.

Tapi sekarang.... saat ini.... detik ini.... Kak Haechan berperilaku seperti lacur!!

Kak Haechan bersikap seperti apa yang selalu ada dibenak Mark!

Kak Haechan yang selalu ada dalam bayangan otak jorok Mark itu nyata! Nyata! Benar adanya! Mark gak lagi mimpi ataupun halusinasi! Ini nyata! Sungguh nyata!

Mark masih membeku — bergulat sama pikirannya sendiri, setelah membaca deretan pesan dari kakak kandungnya. Mark masih gak percaya kalau hal ini betulan terjadi.

Persekian detik ia melempar ponselnya, berlari ke luar kamar menuju kamar kakaknya. Persetan dengan semuanya, sekarang yang ia butuhkan hanyalah lubang Kak Haecan untuk mengangatkan penisnya yang masih setia berdiri. Persetan dengan fakta bahwa kakaknya—

“Heh lari lari ngejar apa sih?!”

“Eh bu.... Itu aku disuruh Kak Haechan bantuin—” “Ya udah ya udah sana bantuin, ini ibu tinggal ke supermarket dulu ya, bilangin sama kakakmu,”

Mark ngangguk patuh, kemudian ibu pergi. Tuhan rupayanya mengizinkan kakak beradik bermain perbuatan tak beradab itu dengan bebas, tanpa gangguan dan tanpa takut ketahuan ibu.

“Kak!”

“Lama banget sih! Eh— kunci pintu kamar.”

“Gak perlu, ibu pergi, barusan papasan sama aku.”

“Oh... ya udah, cepet sini.”

“Sabar kak, ya ampun— aahhh~ Kak Haechan!”

“Keras banget kontol kamu,”

Tangan Haechan tanpa aba-aba meremas penis Mark dari luar celana.

Jujur saja ini pertama kali kelaminnya disentuh orang lain, selain dirinya sendiri. Mark itu anak baik, polos, culun dengan kaca mata tebal, semasa remajanya gak pernah pacaran, seperti gak punya ketertarikan untuk menjalin kasih, bahkan sampai saat ini. Tapi bukan berarti gak pernah melakukan hal tak senonoh, seperti mastrubasi.... sering kok. Tapi bayangan yang selalu ada di otaknya ketika sedang coli itu kakaknya, fantasi liar Mark selalu badan berisi Kak Haechan. Mark megagumi Kak Haechan—Mark menganggumi semua inci badan Kak Haechan. Mark selalu kebayang akan kesempurnaan badan kakaknya.

Menurutnya, semua orang yang pernah ia temui dan kenali gak ada yang sesempurna kakaknya, gak ada yang menandingi badan Kak Haechan. Pun dari banyaknya film porno yang pernah Mark tonton, gak ada satupun yang lebih indah dari badan kakaknya.

“Kak— pelan pelan ngmhhh~~ aahhh anjing! Kak Haechan!”

“Kakak gak tau kamu punya kontol gede tebel berurat gini Mark, ughh... tau gitu udah kakak ajak ngentot dari dulu,”

Kak Haechan mulutnya kaya gak pernah di sekolahin!

Kak Haechan sekarang kaya binatang yang lagi birahi, mengulum penis besar Mark, menyodok tenggorokannya pakai penis adiknya itu tanpa rasa jijik, malahan mimik wajahnya penuh nafsu.

Figur pria berstatus kakak itu menggenggam erat penis adiknya, menjilati seluruh batangnya, lalu lidahnya berputar di atas lubang kencing sang empunya menggelinjang hebat. Netra elang pria muda berzodiak leo itu memejam, mukanya diangkat ke atas memperlihatkan leher jenjang yang tercetak jelas garis garis uratnya.

“Kak udah mnhhh— kaka nghhh aahh~!! Aku mau keluar!”

“Keluarin aja,”

Udah gila! Kak Haechan gila! Keluarin aja gimana? Keluar di mulutnya...? Maninya udah mau keluar tapi kakaknya itu gak mau ngelepas kontolnya dari lilitan lidahnya, gak berhenti mainin lidahnya, jilatan jilatan laknat yang bikin Mark hilang kewarasan.

“Keluarin di dalam, nanti kakak telen,”

Anjing! Kak Haechan....?? Kak Haechan bangsat! Mulutnya seenaknya aja kalau ngomong, nanti kalau beneran keluar di dalam mulut—

“Anghhh~! Fuck~! Enak aahh enak banget! Bangsat enak banget! Mulut kakak anget!!”

Haechan tarik pinggul Mark, melosokan penis besar adiknya itu menyodok tenggorokan lebih dalam, sampai pangkal, sampai terasa kulit perut bawah Mark menyentuh hidung kakaknya, rambut-rambut halus kelaminnya menghiasi bibir plumpy Kak Haechan.

Mark menggeram rendah.

Lalu ketika Haechan merasa butuh oksigen lebih, dia mendorong adiknya, tapi malah Mark tahan, Haechan memukul perut adiknya, tapi diabaikan.

Mark dengan berani mendorong kepala sang kakak, memaksa memasukan lebih dalam lagi dan lagi penis tegangnya, ia benamkan di dalam hangatnya mulut Haechan, kemudian ia tahan kepala yang lebih tua cukup lama, sampai muka Kak Haechan memerah, nampak air mata yang tergenang di pelupuknya, pun gak berhenti tersedak sebab rojokan penis berurat adiknya. Lalu Mark menyemburkan cairan putihnya di dalam mulut kakaknya.

“Mark—!”

“Telen kak!” kata sang adik sambil menarik keluar penisnya dari mulut sang kakak.

Mark menepuk nepuk kepala penis di bibir kakaknya, meneteskan sisa sperma di atas birai lembut Kak Haechan.

Haechan manut, dia telan cairan putih Mark sebisanya, sisanya keluar dengan sendiri, meluber lewat sela bibirnya.

Mencuri kesempatan selagi sang kakak memasok oksigen sebanyak-banyaknya, Mark melucuti kain lembut yang menutupi badan Kak Haechan.

Haechan dengan binalnya langsung nungging di hadapan Mark. “Longgarin dulu pakai jari, bisa gak kamu?”

Mark memang gak pernah seks, Haechan tahu kalau adiknya itu anak polos yang jauh dari seks bebas. Tapi bukan berarti ia gak tahu apapun mengenai permainan orang dewasa. Mark tahu, Mark bisa, Mark jago walau hanya bermodalkan dari menonton film porno.

Koleksi film porno yang Mark simpan rapi di laptopnya itu banyak, berbagai macam genre ada, jangan salah!

Ya, Mark yakin ia sudah handal dalam hal ini.

Cuh! Mark meludah cukup banyak tepat di atas bokong telanjang kakaknya, lalu liurnya di seret pakai jari tengah menuju lubang senggama sang kakak. Tanpa menunggu lama, jari itu masuk anal Kak Haechan yang masih rapat.

“Masa gini aja gak bisa, kak!”

Haechan salah, adiknya betulan mahir! Sekarang dia lah yang kewalahan lubang analnya dirusak sama jari jari adiknya sendiri.

Satu tangan yang terbebas menyentuh bibir Haechan, lalu menerobos masuk ke dalam mulut hangatnya. Gak sampai dua menit, Mark cabut jari telunjuk dan jari tengah di dalam mulut sang kakak, ia tersenyum licik melihat dua jarinya basah terselimuti sama liur kakaknya dan sisa spermanya sendiri.

Dua jari itu ikut bergabung masuk ke dalam lubang kakaknya, Haechan tersentak. Lubangnya terasa sangat penuh.

“Mark aahhh~ keluarin! sak— nghhmh~~!! Aahh~ sakit!!”

“Yaelah baru jari kak yang masuk, belum juga kontolku loh,”

Iya memang! Tapi lihat dong bangsat jari yang masuk ada berapa! Haechan hanya bisa protes dari lubuk hati, gak mampu protes langsung, mulutnya sibuk mengerang merasakan analnya terasa perih dan enak disaat yang bersamaan.

Seiring tiga jarinya yang terus bergerak berlawanan, merojok lubang anal Kak Haechan, Mark dekatkan wajahnya, lalu kecupi bokong berisi sang kakak yang tertampang jelas di depan muka. Kemudiannkecupan kecupan itu berubah menjadi jilatan panas. Lidah Mark bergerak agresif, menjilat kian mendalam menemui tiga jarinya yang masih aktif ngobrak-abrik lubang anal figur yang lebih tua.

“Mnhhh~ becek banget kak,”

Pria manis dengan body apik itu mencengkram kain sprei kian mengerat, dia semakin tinggikan bokongnya, mempermudah sang adik mengerjai lubangnya.

Satu tangan sang adik berpindah mengerjai penis kakaknya yang tergantung bebas, Mark lumuri pakai cairan bening yang keluar dari penis Haechan, lalu ia kocok penis berukuran sedang itu bersamaan dengan kocokan brutal dua jari di analnya.

“Anghhh~ Mark! Enak aaahhh~~! Enak en— enak bangett fuck Mark Lee iya kaya gitu Mark ahhh~!!”

“Gini?”

Haechan ngangguk berkali-kali, “Aahhh mnhhh~ iya iya kaya gitu...”

Mark semakin mempercepat kocokan jari pada lubang anal Haechan yang sudah sangat licin, sampai keluarkan bunyi clok clok clokk sangat nyaring, suaranya bersahutan sama desahan kakaknya yang gak kalah kenceng.

“Nghhh~! Mau kel— aahhh~~!! Mark kakak mau keluar mnhh~!!”

Penisnya digenggam erat sama Mark, jemari jempol besar Mark menari kecil di atas lubang kencingnya, lalu menahan, menutup akses kakaknya itu untuk bucat. Pun rojokan dua jarinya berhenti.

Detik selanjutnya Haechan mengerang frustasi, dia merapatkan kedua paha, menjepit tangan adiknya yang masih bersemayam di selangkangannya, kemudian menggesek tangan besar itu, pantatnya bergoyang mencari fubrik enak dari gesekan tubuhnya ke tangan besar adiknya.

Mark bebasin lubang Haechan dari jarinya, lalu tangan yang bebas menampar dua kali bokong berisi kakaknya sampai kelaurkan suara Plak plak sangat nyaring, buat si empunya memekik. Kemudian pria muda berstatus adik itu mengocok penisnya, selang gak lama dimasukan ke lubang anal Kak Haechan yang becek banget itu.

Haechan melengguh hebat, badannya melentik merasakan lubangnya disumpel penuh sama benda besar berurat milik adiknya.

“Ini kan yang kakak mau?”

“Gerakin angh~! gerakin Mark, lubang kakak udah gatel!”

“Gerakin sendiri,” jawab sang adik, masih mendiamkan penisnya di dalam anal kakaknya. Dua tangannya sibuk meremas gemas bokong semok di depannya, sekali-kali Mark tampar sampai tinggalkan bekas kemerahan.

Lalu tanpa rasa malu, Haechan bergerak, memaju mundurkan bokong, menggaruk dinding lubangnya yang terasa gatal, semakin lama terkena gesekan penis Mark maka disana rasanya akan semakin gatal. Sekuat tenaga Haechan bergerak, menggenjot kontol adiknya itu kian menggila, menjemput kepuasan yang tak kunjung datang.

Mark terkekeh kecil, “Kakak kaya bintang film porno yang sering aku tonton tau gak?”

Figur yang lebih tua ngangguk tolol, mengiyakan perkataan tak senonoh adiknya.

Mark ngambil alih, ia cengkram dua bongkahan kenyal Kak Haechan lalu pinggulnya bergerak menggenjot kontolnya di liang kawin sang kakak sangat kencang, sampai keluarkan suara tamparan antar kulit bokong semok kakaknya tabrakan sama perutnya sendiri.

Haechan mendongak, merakan nikmat luar biasa, dinding anal yang terasa gatal kegesek terus menerus sama penis adiknya, cengkraman kain sprei mengerat, kedua belah bibir terbuka sambil keluarkan lidah, dagunya basah kena liurnya sendiri, pun desahannya sangat kencang.

Haechan kacau.

“Enak gak kontol adikmu ini, Kak?”

Pertanyaan Mark cuma dapat anggukan goblok dari sang kakak.

Plak plak “Nghhh~ aaahhh~~!!” Haechan kembali memekik.

“Jawab lacur! Punya mulut dipake ngomong, jangan cuma desah doang!”

“Enak gak?!”

“Aahh~~ enak en— enak nghh~~! Mark!”

“Kak jadi lacurnya aku aja mau? Nanti aku sodok terus lubang kakak kaya gini, aku pejuin lubang kakak sama peju aku sampe penuh, mau?”

Lagi lagi Haechan ngangguk goblok, ngangguk berkali-kali meng–iyakan pertanyaan gak beradab dari yang lebih muda.

Kak Haechan udah tolol di kontolin sama Mark.

Mark semakin membabi buta, merojok lubang anal sang kakak semakin gila sampai sampai si empunya melenting, bokongnya semakin di tarik ke atas, terbenam pada kulit perut sang adik, suaranya kian lantang mengisi bertentangan sama suara jorok hasil permainan nan tabrakan antar kulit ketemu kulit yang mengisi kekosongan kamarnya.

“Mark ahh~ ahhh~!! Udah udah kakak mau keluar— aaahhhhh~~!!!”

Mark tak kunjung membebaskan sampai akhirnya Haechan sampai pada puncaknya lebih dulu, menyemburkan maninya mengotori sprei kasur.

Lemas, akibat pelepasan yang begitu hebat. Badannya ambruk, penis adiknya terlepas dari lubangnya yang becek.

“Mark udah dulu kakak lemes...”

“Gak peduli aku belum keluar.”

Badan Haechan digulingkan menjadi terlentang, lalu pahanya di lebarkan, dua kakinya ditekuk dan ditahan sama lengan tangan Mark. Ia menerobos masuk, kemudian menggenjot lagi penisnya di sana, gak peduli sama suara kakaknya yang terus memekik keras, meminta ampun minta di lepaskan.

“Bentar lagi nanggung.”

“Mark aahhh~ udah udahh~~!”

“Aku keluarin di dalem kak.”

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan sebab detik berikutnya Haechan merasakan lubang analnya menghangat, bertembah penuh dan sangat becek.

“Kalau kamu hamil gimana, kak? Aku keluarnya banyak banget lho, lihat sampe melebur keluar.”

“Kakak cowok Mark.”

Mark tertawa nyaring, ia merasa terhibur atas pertanyaan konyolnya barusan. Sedang Haechan terkapar lemah, netranya terpejam, mukanya berantakan belum lagi analnya lebih berantakan.

Lelaki lebih muda tiga tahun itu mencolek spermanya sendiri pakai jarinya, kemudian dioleskan ke ranum binar Haechan. “Biar makin seksi dan lembab.” katanya.

Permainan bersama adiknya cukup hebat, Haechan kagum sama tenaga Mark yang kuat gak seperti yang dia ketahui. Haechan melihat adiknya cukup polos yang gak paham tentang seks, tapi rupanya ia salah dalam melihat. Adiknya sudah besar, gak seperti penilaiannya selama ini. Eh.... eh..... apa ini.... “Mark kamu ngapain?”

Haechan membuka netra indahnya, mengintip ke bawah, melihat adiknya itu mencoba masukin penisnya lagi ke lubang anal kakaknya.

“Mau lagi,” jawabnya sangat ringan tanpa melihat raut wajah kakaknya yang terkejut.

“Gak mau, kakak cape,”

Mark abaikan jawaban kakaknya, sedetik kemudian udah masuk saja penisnya, tanpa menunggu lama ia langsung bergerak, merojok lubang anal Kak Haechan.

“Ngh— gak! Mark aaahhh~~! nggak mau kakak capek Mar— aahhhh!! Mark Lee!”

“Haechan Lee diam! Aku yang kerja, kamu cukup ngangkang aja yang lebar kak, biar kontolku gampang genjot lubang kakak.”

“Haechan adikmu kemana kok gak ada di kamarnya...”

“Anjing, kak! Itu suara ibu!”

.........