Lobby
Setelah kegiatan selesai dan berpamitan, Mas Mark segera menarik paksa tangan Donghyuck menyeret si manis menuju tempat mobilnya terparkir lalu mendudukan pada kursi penumpang bagian belakang.
Si cantik tentu senang, senyum liciknya terus hiasi belah ranum. Memang niat dia membuat si mas kenek kesayangannya membara, dengan akal bulus menyentuh berlebihan rekan kerja yang menjadi pasangan pemotretan akan dijadikan majalah yang akan launching akhir tahun ini.
Senyumnya semakin merekah melihat gelagat marah si Mas Mark, mukanya merah padam seperti ada sumbu yang nemempel di pelipisnya. Dia membanting pintu setelah mendudukan bokongnya di sebelah si model.
“Nungging!” Pintanya penuh amarah.
Senyum si model memudar, sedikit takut mendengar suara galaknya barusan. Namun tetap ia turuti permintaan pria leo itu.
Rok span yang Hyuck kenakan ditarik dengan mudahnya sama si mas kenek–dalam sekali tarikan rok itu terjatuh bersamaan celana dalamnya.
Cuh! Mas Mark meludah di pantat si manis, ludah kotor itu diseret sama dua jarinya menuju kelamin Donghyuck yang belum sepenuhnya basah. Dan jari itu masuk–mencolok lubang memek dek manis tanpa aba-aba sampai si empunya menjerit. “Mas— Aaahh~! Sakit...”
Persetan dengan rasa sakit, si mas kenek sudah cukup sabar menunggu sampai sesi permotretan selesai, belum lagi sempat bernincang dengan yang lain, emosinya tertahan sedari tadi bahkan setelah sesi kerja si model telah selesai masih saja genit pegang pegang partner kerjanya itu. Mas Mark murka, sekarang sudah gak tahan pengen ngerojok memek lacur pacarnya.
Lalu satu tangan yang nganggur menampari bokong semok di depannya sampai tinggalkan warna merah pada permukaan kulitnya. “Lacur, gak orangnya gak memeknya lacur—lacur semua!”
“Sadar gak kamu itu gak ada bedanya sama lacur–gak ada bedanya sama lonte, lonte yang dihargai lima ratus ribuan!”
“Gatel ya ini bokong kalau gak disentuh? Maunya diremes remes kaya gini iya kan?! Diremes sama siapa aja gak masalah, iya?! Gatel itu tetek kalau gak digesek gesek ke lengen cowo itu?! Gatel gak? Jawab lonte!”
“Mas....” Donghyuck sudah menangis, ranumnya bukan lagi membentuk bulan sabit, tapi sudah melengkung ke bawah keluarkan suara serak merasakan sakit pada bagian intimnya.