Mas kerupuk
Setelah tenggelam dalam bekuan cukup lama si mas penjual kerupuk itu pun tersadar, lalu membalikan badan— hendak meninggalkan tempat pelanggan barunya, gak peduli sama kerupuk yang belum dibayar, yang pasti dia ingin secepatnya pergi. Tapi nahas tindakannya kalah cepat sama si empunya rumah. Echan narik mas kerupuk sampai terjatuh di atas sofa empuk di dekatnya, lalu dengan cepat ia duduk di atasnya.
“Mau kemana sih, Mas? Buru-buru amat.” dua tangan cantik menyangga kedua pipi lawannya, lalu dekatkan birai bibirnya, mempertemukan benda kenyal itu sama milik mas penjual kerupuk.
Semakin ditolak maka Echan semakin semangat, gejolak rasa ingin dientot si mas kerupuk kian meningkat, ditambah badan atletis si masnya begitu menggoda ; kaos kutang kumel super tipis beraroma keringat, basahnya keringat itu membuat dada bidangnya kentara sekali, pun memperlihatkan lengan ototnya yang gede buat si manis pengangguran ini makin kedutan aja tuh memeknya.
Selagi bibirnya terus bergerak menyesap bibir figur lelaki penjual kerupuk, Echan menggerakan pinggangnya, menggesek kelaminnya ke gundukan di bawah sana yang semakin lama makin terasa. Lengan tangan mengalung sempurna di leher basah keringat lelaki berkirangat asam itu. Dada montoknya didusalkan ke dada bidang si mas kerupuk. Berkat seluruh tubuhnya terbebas dari kain, semua tindakan bejatnya terasa sekali nikmatnya, sampai sampai memeknya banjir total, buat celana pendek yang dikenakan sama mas kerupuk itu basah kena lendir memek pelanggan barunya.
Echan mengerling begitu merasakan memeknya tergesek benda yang mengeras di bawah sana, keras... itu penis si mas kerupuk!
“Udah ngaceng total nih Mas,” kata Echan, di akhiri gelak tawa yang terlihat menyebalkan di mata si mas kerupuk.
“Mark.”
“Hah?”
“Mark, panggil saya Mark aja gak usah pake mas.”
Echan kecup daun telinga figur lelaki penjual kerupuk, lalu berbisik, “Mas Mark— aahhh~” suaranya mendayu, buat Mas Mark secara otomatis memejam. Merasakan setruman gairah dalam tubuhnya.
Mark membalikan badan Echan, menukar posisi dari dia yang di bawah sekarang Echan lah yang berada di bawahnya— mengukung tubuh pria manis itu, lalu satu lututnya yang tak tertutup celana menyelinap di tengah kedua paha pelanggan barunya itu, menekan kelaminnya yang terasa becek— kulit ketemu kulit, kemudian dengan binalnya Echan bergerak, menggesek memek banjirnya ke lutut keras si Mas Mark yang dihiasi rambut-rambut halus.
Figur pria matang itu mengecupi leher Echan, dijilat dan disedot sampai tinggalkan bekas kemerahan di leher mulus si empunya. Lalu semakin turun, menemui gundukan besar di dadanya.
“Kamu lonte, ya?”
Echan mengangguk semangat, lalu menyeringai dengan bangga.
Mark kembali melanjutkan aktifitasnya, meremas gumpalan nenen Echan, dikecupi perlahan dan naik sampai pada ujungnya, lalu dihisap kuat kuat pentilnya yang sudah mengeras.
Si mas kerupuk itu terlihat sangat menikmati hidangan malamnya, begitu pun sama dengan Echan... di bawah kungkungan Mas Mark, ia melebarkan kaki, membenamkan selangkangannya sampai kedua kaki jenjangnya memeluk kencang paha dan betis penjual kerupuk yang bernama Mark itu.
Echan mengerang, menggesek memeknya semakin kencang, sebab rasanya semakin gatal, ia menggila, melumuri seluruh ujung lutut keras Mas Mark pakai cairan bening kelaminnya yang terus banjir.
Sedang si Mas Mark sibuk bermain sama nenen besar pelanggan barunya itu, menjilati seluruh putingnya, sekali-kali dia gigit sampai meninggalkan bekas gigitan memutari puting berwana ping Echan. Kedua nenen besar dipersatukan di tengah sama tangan besar mas kerupuk, kemudian dia mendusal, mengimpit muka sangenya di tengah nenen montok si cantik, lidahnya terjulur keluar lalu dimasukan ke sela gundukan tetek pelanggannya, menggesek daerah mulutnya sampai si empunya mengerang merasakan gelenyar geli geli enak sebab daging bulatnya tergesek sama bulu-bulu halus daerah mulut mas kerupuk— janggut dan kumis tipisnya.
“Emnhhh Mas hhh~ Echan mau kelu—aahhh mau keluarr!”
“Aaahh pipis pipiss mau pipiss~!!”
Satu tangan mas kerupuk menyentuh memek becek yang katanya mau ngocor itu, menampar keras memek tembam sampai berbunyi nyaring, kenai klitorisnya buat si empunya menjerit.
“Ayo cepet katanya mau ngompol!” posisinya sudah di bawah, mengganti lutut keras yang sedari tadi mengganjel memek becek Echan, kini terganti pakai mulutnya.
Lidahnya terjulur keluar, mencolok-colok lubangnya, bibirnya bergerak mengecupi kelentitnya yang semakin bengkak dan memerah.
Ditadangin mulut mas kerupuk begitu Echan semakin membabi buta, pinggulnya maju mundur membantu lidah lincah mas penjual kerupuk itu menyumpal lubang lacurnya, menggaruk lubangnya yang terasa semakin gatal dan gatal sekali. Selangkangannya semakin erat membekap, ia rasakan sengatan hebat— daging tembamnya tergaruk sama kumis tipis mas kerupuk tampan inu, seluruh tubuhnya menggelinjang, merasakan nikmat luar biasa.
Aduh, bangsat, mas kerupuk jago banget ngokop memek. Echan semakin gak nyesel ngaku lonte dan berperilaku layaknya lacur murahan di depan penjual kerupuk badan mantep inu.
Bagai tersengat tubuhnya melonjak lalu meliuk, gelenyar memabukan menyelimutinya.
Currr!
“Aahh aahh nghhh mas pipis aku pipis aaahhhhh ...!!”
Semburan air mancur keluar dari lubang kencing kenai seluruh wajah tampan mas kerupuk, senantiasa dia membuka mulutnya lebar menerima kucuran cairan bening Echan, kemudian menelannya dengan mudahnya.
“Gimana toh katanya lonte, baru dientot sama lutut aja udah keluar.”
Lirikan tajam kenai sorot mata lelaki pekerja goreng kerupuk, Echan gak jawab sama kata, tapi pakai mata. Menghiraukan celoteh dari tukang penjual kerupuk itu, ia sibuk mengatur napasnya yang masih terengah-engah pasca pelepasan hebatnya barusan.
Figur pria matang itu mengerjap, merasakan sisa-sisa cairan squirting Echan yang masih tertinggal di lidahnya.
“Rasanya asem, habis makan apa kamu?”
Mark tentu bisa membedakan antara urine dan squrting. Rasa yang didapat dari cairan bening Echan itu asem dengan sentuhan manis sedikit dan berbau gandum, beda kalau air urine sudah pasti asem— asemnya bercampur pahit dan sudah pasti bau pesing.
“Sayur asem pakai sambel dan kerupuk.”
“Kerupuk?”
“Kerupuk beli di warung depan komplek.”
“Ooh... sekalian ngelonte dibujang-bujang depan gang itu ya?”
Tidak! Tapi jawaban yang diberikan Echan malah anggukan manja, sambil tersenyum lebar sampai sudut bibirnya ngebentuk bulan sabit, kemudian di akhiri kerlingan genit.
Emang! Dasar menel!
Mas Mark luput— melupakan pekerjaannya untuk mengantar kerupuk pesanan orang lain. Membiarkan motornya yang bertumpuk kaleng kerupuk besar, serta gantungan pelastik panjang berisikan kerupuk yang sudah terbungkus rapi berdiam di depan rumah Echan.
Dia keasikan mengerjakan tubuh binal pelanggan barunya.
Plak plak!
“Mnghh pelan dong, Mas... memekku bocor lagi ini ditamparin kamu terus.”
“Dasarnya memek lacur, ditamparin aja bocor.”
Telapak tangan kasar mas kerupuk mengusap lembab kelamin Echan, jari manis dan telunjuknya membelah bibir memek becek itu kemudian jari tengahnya menyusup masuk ke dalam lubang beceknya.
“Mas sshhh~ “
“Sempit gini memeknya, udah lama ya gak ngentot?”
Echan mengangguk, buat kontol besar nan panjang yang menyumpal mulutnya itu semakin masuk lenih dalam. Lalu kedua kakinya semakin terbuka lebar supaya lelaki itu lebih mudah mengerjai lubang memeknya.
Mereka berposisi 69 berbaring berhadapan satu sama lain dengan kepala yang mengarah ke arah kaki masing-masing, dan Echan berada di atas.
“Anjing— aahh!”
Echan sibuk dengan aktifitas menjilati urat-urat yang menonjol di batang penis panjang itu, buat si empunya mendesis nikmat.
Echan melirik ke bawah, melihat lelaki tampan itu memejam, mulutnya gak berhenti mengerang sepanjang jilatan jilatan lidah nakal Echan di batang kontolnya.
Ia kocok kontol Mas Mark tepat di depan mukanya, menggelitik palkonnya pakai jempol yang semula sudah ia lumuri pakai liurnya sendiri. Hingga liur itu bercampur sama cairan bening yang dikeluarkan penis mas kerupuk, menambah sensasi gila yang dirasakan empunya.
Aktifitas Mas Mark terhenti, tapi dua jarinya masih berada di dalam lubang becek memek Echan. Netranya memejam, pinggulnya semakin naik mengikuti arah kocokan tangan mulus Echan yang super handal itu.
“Udah udah mau crot...”
Sialnya, pria manis bajingan ini menutup akses keluarnya pakai telapak tangannya.
“Keluar di dalem aja Mas— sshh aahh~!”
Bangsat! Berani banget!
Echan berhasil memasukan seluruh batang kontol Mas Mark ke dalam memeknya. Lalu dengan binalnya pria manis ini bergerak lincah, mengulek kontol ngaceng mas kerupuk yang semakin membesar dan udah kedutan di dalam lubang memek si binal itu.
Kedua telapak tangan besar penjual kerupuk mencengkram masing-masing sisi pinggang Echan, membantu pria manis itu supaya lebih cepat lagi goyangin kontolnya.
“Aahh~ Mas Mark aahh~ enak enak banget kontol Mas eunghh...”
Kedua tangan Echan bertenggar di atas bahu Mas Mark, lalu muka cantiknya mendusal di leher basah keringat mas kerupuk itu. Mendusal, menciumi, sekali-kali ia jilat keringat yang menetes disana. Nenen montoknya berguncang hebat, menggesek dada bidang pria di bawahnya.
“Anjing aahh! Jangan diketatin lonte!”
“Ayo Mas katanya mau crot di dalem, aku siap hamil anak kamu.” kata Echan, diakhiri jilatan manja di leher Mas Mark.
“Bangs— AAHH! Anjing mnhhh aahh...”
Benar-benar gila, Mark menumpahkan spermanya di dalam beceknya memek Echan. Gak dibiarkan kebuang sedikit pun, Pria manis itu merapatkan pahanya.
“Ah! Mas...” Mark jatuhkan badan mungil Echan di sebelah sampai posisinya tengkurep.
“Cepet nunggung.” kata Mas Mark sambil ngocok kontolnya. Udah siap masuk lagi ke dalam lubang memek Echan.
Tentu saja Echan menurut. Kedua kakinya ia tekuk, pantatnya ditunggingkan, lalu bergoyang ke kanan dan ke kiri menggoda lelaki tampan di belakangnya.
“Gila, semok bener ni bokong—”
“Chan!”
”... Chan?”
“Nama aku Echan, Mas.”
“Ohh, Echan lonte?”
“Echan aj— AAHH! Pelan pelan anjing mas...”
“Pelan pelan apa? Memek udah lower gini mah harus dikasarin.”
Echan menjerit, kedua tangannya meremat erat kain sprei sampai kusut. Lubang memeknya dirojok dan tanpa henti sama kontol besar Mas Mark, belum lagi bokong sintalnya di tampar keras berkali-kali sama tangan kasarnya.
“Aahh Mas Mas Mark eunghh~~!”
Plakk
Plakk
Lagi lagi tamparan keras mendarat di bokong semoknya, sampai bokong tebal itu bergetar, Echan yakin tamparan tangan Mas Mark meninggalkan rona kemerahan.
Goyangan Mark semakin membabi buta, mengobrak-abrik lubang sempit Echan yang kata mas kerupuk udah lower, perut Mark berkali-kali nabrak daging tembam di depannya sampai bokong padat itu berguncang. Lalu satu tanganya beralih ke depan, meremas nenen Echan yang ikut berguncang. Dua jarinya mencubit pentil si manis yang semakin lama terasa semakin membengkak. Pentilnya dicubit kecil, kemudian ditarik tarik buat si empunya menggila, matanya juling ke atas, dengan mulut terbuka desahkan nama si penjual kerupuk tanpa henti, bersamaan dengan itu mas kerupuk mendorong kelaminnya masuk lebih dalam jelajahi isi dalam lubang memek becek Echan.
“Jadi pelanggan saya ya, Chan?”
Echan mengangguk. Mulutnya dipakai desah.
“Pelanggan dientot tiap malem, bayarnya pakai kerupuk sepuas kamu.”