Nares mendekati perempuan di dekatnya, kemudian ia menyuarakan suaranya pelan. mengalihkan atensi si perempuan pada kucing jalanan.
“Bahaya lho, buat cewek keluyuran sendirian di malam hari gini.”
Perempuan itu terdiam dalam sekejap, ia terkejut sebab suara laki-laki yang baru saja didengarnya tak asing baginya. Dengan cepat ia membalikan tubuhnya, dan benar saja. Naresha di sana. Nares sama terkejutnya, melihat perempuan di depan adalah orang yang ia kenal sebagai teman dari abangnya.
“Lho? Nares?”
“Oh? Riana?”
Riana mengangguk, senyumnya mengembang. Ternyata Nares Ingat dengan dirinya.
“Lo ngapain jam segini di luar? mana sendirian, lagi.”
“Oh! aku baru pulang, Nares.”
“Dari?” tiba-tiba saja Nares penasaran.
“Dari pemotretan.”
“Lo, model?” Riana mengangguk, Nares ikut mengangguk-ngangguk.
“Kamu sendiri, ngapain?” Riana bertanya balik.
“Gak ngapa-ngapain, cari angin aja.”
. .
“Yahh.... kok kabur” Kucing itu pergi, Riana sedih. sebab makanan yang ia kasih pada kucing itu belum habis.
“Takut sama gue kali.” Nares terkekeh.
“Hahahaa iya kali, ya.” Riana jadi ikut terkekeh.
“Lo suka kasih makan kucing, ya?”
“Iya, aku kemana-mana gak pernah lupa bawa makanan kucing.”
“Di rumah ada kucing?”
“Enggak.”
“Lho.... gimana? kok gak punya kucing beli makanan kucing?”
“Ya, aku beli buat kucing di jalanan kaya gini, Nares. Suka gak tega kalau lihat kucing kelaparan jadi aku selalu bawa makanan kucing di dalam tas.”
Nares mengangguk lucu