Pagi yang cerah. sekitar satu minggu yang lalu Juno sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk ke kantornya. iya, dia sudah seminggu ini masuk kantor. sifatnya ke Meika masih sama, dingin. namun tidak terlalu dingin, ada perubahan sama yang dulu, “lumayan lah.” kata Meika.

keduanya tengah duduk dikursi meja makan, sebelum berangkat ke kantor seperti biasa, Juno akan menyantap sarapan pagi buatan Meika. keduanya sibuk dengan piringnya masing-masing.

hingga tiba-tiba Meika mengeluarkan suara. “siang kamu mau makan di kantor? mau aku siapain sekarang biar langsung kamu bawa?”

“di anter aja, nanti.”

Meika bingung, di antar bagaimana? maksudnya, ini gue nganter makanan ke kantornya kak juno, nanti?

“gimana, kak?”

“jam makan siang, lo antar ke kantor gue.”

kemudian Meika mengangguk. entah ini ada makhluk ghaib apa yang merasuki tubuh suaminya, sehingga lelaki itu tiba-tiba saja menyuruh Meika untuk datang ke kantornya.

padahal, biasanya sangat dilarang. semenjak menikah dengan Juno Meika dilarang menginjakkan kaki di kantornya. kalau sebelumnya sering datang ke kantor, tapi waktu itu bertujuan mengantar makanan untuk Nandarsa. pacarnya dulu.

Meika telah menyelesaikan masakan yang akan ia bawakan untuk Juno, ia meletakkan makanan yang sudah di tutup rapat pada kotak makan, Kemudian ia masukan ke dalam tas kecil yang biasa untuk membawa makanan ke butiknya.

Meika sedang sibuk memilah-milih baju yang akan ia kenakan untuk ke kantor Juno. “harus yang bagus sih, harus rapi pokoknya Meika harus cantik.” gumam Meika pada dirinya sendiri.

“WAHH BAGUS NIH.” Meika heboh, menatap takjub baju yang sangat anggun dimata Meika.

kemudian Meika bergegas mencobanya, namun ternyata tidak muat, itu sudah kekecilan. “ah! gak muat. emangnya gue gendutan, ya?”

“engga ah, dasar bajunya aja yang makin lama makin mengecil.” ucapnya lagi pada diri sendiri.

kemudian Meika meletakkan kembali baju itu pada tempatnya.

kembali mencari baju yang bagus. Meika baru sadar setelah melihat jarum jam dinding menunjukkan pukul sebelas lebih sepuluh menit, ternyata ia sudah lama sekali berdiri di depan lemari ini.

dengan cepat Meika bergegas menggunakan baju seadanya, “biarlah yang penting pas dan nyaman.”

selesai memakai baju yang pas dan nyaman pada tubuhnya, Meika memoles sedikit make-up pada wajah mulusnya.

Meika berlari memasuki mobilnya, memutar kunci mobil dan mobil itu berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai namun tidak padat.

“jangan macet ya please! bisa kena omel kak Juno gue kalau telat nganter makan siangnya.”

jarak rumah Juno dari kantornya tidak begitu jauh. hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit tapi itu kalau jalanan lancar, kalau macet bisa sampai setengah jam atau bahkan lebih.

sesampainya di kantor Meika berjalan santai, kedatangan Meika di sambut ramah oleh karyawan-karyawan kepercayaan Juno.

“selamat siang, ibu meika.” sapa karyawan yang melewati Meika, dengan ramah Meika menjawab sapaan karyawan itu “iya, siang.” tidak lupa senyumnya mengembang.

tidak sedikit pula yang lewat melewati Meika namun hanya diam, setelah mereka kira jarak Meika dan dirinya sudah lumayan jauh karyawan itu mengeluarkan suaranya “tumbenan tuh bu Meika datang.” “iya, gak tau deh.” jawab temannya.

“pak Juno, ada kan?” tanya Meika pada sekertaris Juno.

“oh ada bu, masuk saja. lagi gak ada tamu, kok.”

Meika mengangguk, “terima kasih.”

Meika membuka pelan pintu ruangan besar Juno, kemudian Meika memasuki ruangan itu. mendapati Juno sedang mengetik di atas laptopnya. “masih sibuk ya, kak?”

Juno masih belum sadar. matanya masih fokus ke depan menatap kurus laptopnya. ia belum tau kalau Meika sudah berada di ruangannya.

“PERMISI BAPAK JUNO.” meika meninggikan suaranya. sedetik kemudian Juno menatap ke arah suara itu, Juno tersenyum menatap Meika. tangannya melambai mengisyaratkan Meika untuk duduk di depannya.

Jantung Meika berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya, “kok, kak Juno manis gini sih?” batin Meika.

Meika berjalan mendekati Juno kemudian duduk di kursi yang di depan Juno.

“udah lama?” tanya Juno, namun pandangannya tetap fokus pada laptopnya.

“baru, kok.”

Juno mengangguk, “tunggu bentar, ini nanggung.”

Sembari menunggu Juno menyelesaikan pekerjaannya, Meika tidak tinggal diam. matanya melihat-lihat seluruh ruangan Juno, banyak foto-foto Juno bersama rekan kerjanya, namun tidak ada satupun foto Juno yang bersama dirinya. Meika tersenyum tertahan “jangan berharap lebih, Meika.” ucapnya dalam hati.

“dahhhh!” Juno munutup laptop, kemudian ia letakkan di meja sebelah kirinya.

“bawa apa?” tanya Juno pada Meika

“spaghetti, kamu mau, kan?” tanya Meika pelan-pelan. kemudian Juno mengangguk. Meika lega.

Meika membuka satu persatu kotak makan. ternyata tak hanya spaghetti saja yang Meika bawa. tapi ada buah dan juga cake di sana.

Juno memakan makanan yang telah di siapkan Meika “enak.” kata Juno, Meika mengangguk ia tersenyum lega.

“habis ini langsung pulang?”

di tengah-tengah makannya Juno bertanya, namun pandangan Meika justru kebibir Juno. Meika mengambil satu lembar tissue, memajukan sedikit tubuh bagian atasnya kemudian ia usapkan tissue itu pada bibir suaminya, “kamu makan kaya anak kecil deh kak, belepotan kemana-mana ini.” gumamnya. ia masih belum sadar bahwa Juno tengah menatap dalam matanya dengan jarak yang lumayan dekat.

“iy—ehh, engga. aku mau ke butik dulu.” Meika tersadar, kemudian dengen cepat ia memundurkan tubuhnya.

Juno tertawa tertahan, “gemes” batinnya.