Setelah selesai shift, Eci mengemas barang-barang miliknya, mengganti seragam suster menjadi pakaian biasa tapi tetap terlihat rapi. Gak lupa pakai barang pemberian bocah nakal yang sudah tiga bulan ini menganggu hidupnya. Tentu saja berkat bantuan aplikasi youtube, Eci mana paham barang begituan.

Sejauh ini gak ada rasa apapun, hanya terganggu dan merasa sedikit gak nyaman, benda bernama vibrator itu gak bergerak atau memberikan efek, sekedar menyumpal lubang kelamin saja.

Sekarang Eci sudah di depan rumah Marka, si suster menarik napas cukup dalam. Seharusnya rasa khawatir berlebihan ini gak perlu datang kan....? ya, memang apa yang perlu dikhawatirkan? Semuanya sudah jelas, kalau suster menaati tindakan remaja mesum itu, semua akan aman. Toh selama ini Marka gak pernah main kekerasan, mencelakai, atau melukai dengan benda tajam, hanya saja kadang permainan seksnya cukup brutal, bikin Sus Eci kesulitan berjalan. Tapi entah kenapa kali ini rasa khawatir dan takut menggerogoti dirinya cukup besar, detak jantung berpacu lebih cepat, firasatnya sungguh tak enak.

Eci menggeleng kuat berusaha meyakinkan dirinya ; semua akan berjalan seperti hari hari yang lalu. Tombol angka password di pintu rumah di hadapannya ia pencet, lalu tungkainya memasuki rumah mewah, mengabaikan firasat gak enak yang masih melingkupi dirinya.

Baru beberapa langkah Eci tersentak, merasakan sesutu begetar.... ya, itu vibrator! Benda kecil nan sedikit panjang yang saat ini menyumpal lubang memeknya!!

Marka tahu kalau si suster sudah memasuki rumahnya, maka sex toy yang menyumpal memek Eci diaktifkan—dikendalikan lewat ponsel dari kamarnya. Vibrator itu sudah terhubung melalui bluetooth ponsel genggam Marka, sebetulnya bisa dia mainkan kapan saja ; dari jarak jauh bisa, bahkan dari luar kota sekalipun bisa, tapi bocah itu masih punya pikiran.... kalau diaktifkan dari jauh si suster cantik akan kesulitan datang ke rumah.

Sus Eci susah payah menaiki anak tangga hendak menuju kamar si remaja, yang berada di lantai dua. Baru tiga langkah Eci kembali tersentak, benda itu bergerak semakin kencang, merojok memeknya semakin dalam. Eci rapatkan kaki, berusaha menahan gejolak yang membuncah. Selang beberapa detik getaran benda itu menurun, si suster bernapas lega, kembali berjalan menaiki anak tangga, sampai pertengahan tangga getaran vibrator itu naik lagi, kali ini berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya bikin si empunya gak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju kamar bocah nakal itu. Kedua tangannya meremas kuat besi yang terpasang pada sisi tangga, dua belah paha semakin merapat, tubuhnya meringkuk, digigit ranum lembutnya cukup kuat guna menahan suara laknat yang maksa keluar.

Dengan sekuat tenaga Eci melanjutkan lagi, bersusah payah—bertitah lewati anak tangga. Huh! Awas ya Marka! Sus Eci bernapas lega, setelah melewati anak tangga itu, kini saatnya menggedor pintu kamar Marka dan memarahinya sebab sudah membuat tersiksa sebegitunya.

Eci raih gagang pintu kamar Marka, bocah itu pasti lagi santai sambil nunggu suster datang, tapi salah.... si cantik berzodiak gemini itu membeku, mendapati kamar besar itu gak hanya ada Marka, ada dua remaja lainnya! Si kembar, Jeffrian dan Jaffrian. Mereka lagi sibuk sama penisnya masing-masing, tiga bocah berandalan itu lagi coli! Jaffri beridiri di depan kaca lemari baju, dan dua remaja saling berhadapan, berada di atas tempat tidur dengan ponsel di tengah-tengah mereka. Ketiganya menatap Eci lapar.

Eci balik badan, hendak tinggalkan kamar itu tapi baru saja satu langkah badannya tersentak lagi, getaran benda sialan yang nyumpel memeknya bergetar amat kencang, sangat kasar, menghantam dinding kelaminnya. “Mark—nghh~~ aaahh!” Eci udah gak tahan lagi, sepertinya kelaminnya pun sudah becek.

“Guys makanan kita datang!!” Salah satu remaja berseru ria.

Marka menuruni ranjang, jemput Sus Eci di depan pintu, nampak sudah gak kuat, ia tergeletak di lantai, si remaja berbisik tepat di telinga. “Udah becek belum?” Pertanyaan itu mendapat decakan dari si suster.

“Marka aaahh~~! Fuck nghh~!! Turunin!”

“Apanya? Celana suster?” Jawab Marka.

Suster semakin geram, “Sex toy kamu, brengsek! Ini terlalu kenceng!!” Sia sia emosinya hanya ditanggapi gelak tawa dari ketiganya.

Eci pening! Satu remaja saja hampir dibikin pingsan... sekarang ada tiga?!

“Tuh, yang ngendaliin jepri, coba mohon sama dia.” Kata Marka, matanya micing ke arah Jeffri yang lagi megang ponselnya.

Jaffrian bergabung bersama Marka, memutari si suster yang sudah lemas, leher jenjang si cantik lagi dikecupi sama Marka dari belakang, pun pinggang rampingnya didekap erat tangan besar Marka.

Si kembar Jeffri melucuti pakaian suster, satu persatu dibuka sampai tak tersisa. Pria muda yang punya netra bulan sabit melebar ngelihat pemandangan indah, jari jari besar yang melingkupi kelaminnya semakin kuat meremat benda berurat itu, semakin kencang mengurut penisnya, dengan mulut tersumpal lolipop bulat berwarna merah. Bertambah semangat seiring melihat nenen besar si suster lagi kenyot kenyot nan dimainkan sama kembarannya. Gak lama dia hampiri objek yang buat nafsunya kian meningkat, kontol besarnya dikocok sampai spermanya nyembur, sengaja di arahkan ke paha dalam si suster, di peper peperin ke kulit paha mulusnya, Jeffrian melenguh nikmat. “Fuck! Enak banget nge crott di paha suster cantik bertetek gede!” Ucap Jeffri barengan tangan besarnya meremas gemas nenen suster.

Jaffri sibuk nenggelamin muka di nenen besar Sus Eci, menghirup harumnya belahan dada sekal suster, sekali kali dikecup napsu, sedang si Marka masih setia kecupi leher jenjang Sus Eci ngasih tanda merah keunguan disana.

Salah satu remaja mencabut vibrator yang sedari tadi menyumpal lubang memek si cantik, banjir! Becek, bahkan mainan seks itu basah sama lendir lengket Suster Eci. Sus Eci bernapas lega, tapi seperkiandetik kembali tersentak, “Aaahh~~!” Lolipop bulat Jaffri ditempelkan sama belahan memek Eci, digesek gesek dari bawah ke atas, ketika sampai di kelentit si cantik ditekan keras sampai si empunya melengguh.

Permen bekas memek si suster di masukan lagi ke dalam mulutnya, Jaffrian ganti permen lolipop merah itu sama kontolnya.

“Nghhh~~! Please pelan pelan...” Itu penis besar Jaffri, bocah itu masukin kontol tegangnya tanpa aba-aba, dan langsung ngegenjot memek suster dengan kecepatan penuh. Emang gila remaja satu ini.

Salah besar Eci minta pelan ke Jeffrian, remaja satu ini gak kenal sama yang namanya pelan semua yang dia lakukan penuh keburu-buruan, kata kata andalan dia itu lebih cepat lebih baik. Racaunannya serta rengekan jelas gak di dengar sama cowok gila bermata bulan sabit.

“Anjing kok lu udah duluan nyet!” Jaffri gak peduli sama protesan Marka, lagi enak enaknya ngenjot memek Eci, netranya terpejam nikmati rapetnya memek Sus Eci padahal habis dicolok sex toy, sama dimainin sama permen lolipop bekas mulutmya, sampai sampai gak sadar kalau obyeknya dibopong Marka dan kembarannya menuju tempat tidur.

“Bangsat lagi enak-enaknya!” Jaffria membuang permen, kemudian nyusulin.

Jaffrian nyusulin mereka bertiga, depan belakang Suster Eci terisi oleh teman dan kembarannya—Marka dari depan lagi genjot memek suster, lengan tangannya mendekap erat pinggang ramping si manis. Di belakang ada Jeffri yang lagi berusaha masukin penis beruratnya ke dalam lubang memek becek Eci yang udah terisi sama penis besar si tuan rumah.

“Gak jangan! Jeff ga aaahh—gak muat jangan dipaksa, sakit!”

“Masukin aja, tolol! Lu ngapa dengerin dia sih?!” Sarkas Marka begitu mendapati Jeffri yang nampak nyerah, padahal sebentar lagi masuk. Jeffri memang masih punya sedikit perasaan, beda sama Marka dan Jaffri, jangankan perasaan, akal sehat aja nampaknya gak punya.

Marka semakin dekap erat pinggang suster, kedua tangannya lebarkan bokong semok Sus Eci supaya kontol Jeffri bisa masuk dengan mudah. Gak peduli sama si suster yang berontak, merengek, menggeleng kuat—menolak mentah-mentah lubang beceknya dimasuki punya Jeffri, pasalnya penis Marka sudah bersarang di dalam lebih dari cukup memenuhi memeknya. Apa gak semakin penuh kalau ditambah penis Jeffri yang ukurannya gak jauh beda sama bocah nakal satunya.

Ya memang siapa sih yang mau lubang memeknya dicoblos dua kontol gede berurat sekaligus?!

“Please engga! Jangan jeffri sakit jangan dimasukin!!” Heboh, si suster benar-benar menolak. Dua tangannya mukul mukul dada Marka, badannya terus bergerak malah buat kontol si remaja yang duduk di bawahnya semakin masuk nusuk lubang memek Eci kian mendalam.

Jaffrian datang langsung genggam erat pergelangan tangan si suster, lalu dibawa ke atas, mengikatnya pakai dasi yang diambil dari laci Marka.

Eci semakin bergerak berontak, yang malah bikin Marka keenakan, kontol tegangnya berasa lagi dipijet di dalam sana. Gerakan tolakan suster Eci kian kencang malah seakan lagi bergerak genjot kontol Marka.

“Anjing! Dari tadi kek lu!”

“Apaan sih! Gak ya, Marka kamu gak ada bilang ka—ahnghh...!!” ucapanya gak jelas sebab mulutnya disumpel sama kontol Jaffri.

“Bacot banget, makan nih kontol gue.” Jaffrian remat kedua pipi Sus Eci, menjepit penisnya di dalam mulut kecil si suster bersamaan mendorong masuk.

Jeffri mengerang nikmat setelah kontol besar beruratnya berhasil masuk ke dalam memek Eci, bergabung sama punya Marka. “Anghh~ anjing jepit banget memeknya!”

Eci gak bisa berbuat apapaun selain berteriak dalam hati, menangis pilu—pipinya basah, netra cantiknya memerah, semua terasa menyakitkan. Bagian selatnya bak terbelah jadi dua, Sus Eci gak sanggup nerima smulasi berlebihan seperti ini. Mulutnya dirusak kasar sama Jaffri, sedang kelaminnya ditusuk dua penis besar sekaligus. Dua benda berurat itu saling bergesek di dalam sana, menyentak titiknya secara bergantian.

“Fuck enak banget, kontol Japri gesekan sama kontol gue di dalem!”

“Bangsat mulutnya kecil banget ahh~!”

Remaja nakal berbadan paling bongsor remes nenen si suster dari belakang, genjotannya semakin menggila, Marka yang gak effort keluarin tenaga saja ikut terguncang hebat.

Jaffri genggam sejumput rambut Sus Eci, lalu dia dorong kepala si cantik mendekat sampai wajah manisnya menabrak perut kotak kotak remaja ganas itu. Kemudian mendorong pinggulnya supaya kontol tegangnya semakin masuk ke dalam mulut si suster, di diamkan cukup lama. Gak peduli sama Eci yang terus menerus tersedak, air matanye semakin meleleh basahi pipi kian menderas, dagunya basah liurnya sendiri.

Tangannya terasa pegal sebab masih berada di atas, digenggam kuat sama tangan Jaffri. ketika merasa nafasnya hampir habis ia pukul keras perut bocah nakal itu pakai dahinya, sampai bocah itu sadar dan melepaskan setelah semburan sperma masuk ke dalam tenggorokannya.

“Telen.”

Mau gak mau Eci telan, mau dimuntahin pun gak mungkin, dagunya diangkat ke atas, bibir plumpnya ditepuk tepuk keras sama kontol Jaffri, menuntaskan sisa lelehan sperma di sana.

“Anjing Mar, gue mau bucat!”

“Anjing gue juga! Barengan Jep.”

Kedua remaja itu keluarkan cairan putihnya di dalam memek si suster. Jeffri melepas penisnya lebih dulu kemudian mengubah posisi jadi berdiri, menyembur sisa spermanya di atas nenen besar Eci yang lagi dijilati sama kembarannya. “Goblok ini kena muka gue Jepri!” sarka Jaffri gak terima, kegiatannya lagi lagi terganggu.

“Marka aahhh~ sakit!!”

“Sakit sakit mulu anjing, ini memek lo udah lower abis disodok dua kontol!” Bocah nakal satu itu tanpa melepas tautan, mendorong Sus Eci tengkurep, kakinya ditekuk sampai jadi nungging.

Jeffri raih kesempatan, memposisikan badannya di bawah Sus Eci, lidahnya lincah jilati puting si suster cantik yang menggantung bebas.

Sedang si kembar satunya mengambil kamera, mengabadikan momen indah kegiatan kotor, sambil ngocok kontolnya sendiri.