Suster cantik dan remaja nakal

Setelah jam kerja selesai, Eci bergegas ke hotel tepat di sebrang rumah sakit tempatnya bekerja. Berjalan menelusuri lorong, mencari nomer kamar yang sudah diberi tahu Marka untuk secepatnya datang, bahkan seragam susternya masih terpasang. Eci gak sempat ganti baju.

“Kereeen, beneran dateng.” Ucap bocah nakal itu sambil tepuk tangan riang setelah lihat si suster di hadapan pintu.

Nyebelin! Marka bocah paling nyebelin yang pernah Eci temui.

“Masuk sayang~”

Dengan sedikit ragu, Sus Eci langkahkan tungkainya memasuki kamar hotel yang di dalamnya sudah ada remaja nakal super nyebelin.

“Jadi....mau?”

Mau tidak mau, Eci gak punya pilihan lain. Kalau nolak ajakan remaja mesum itu adiknya akan dikerjai lebih parah lagi sama geng anak nakal Marka, belum lagi bocah bocah nakal lainnya di sekolah yang Eci gak kenal.

“Janji ya, habis ini kamu selesaiin semuanya dan biarin Echa belajar dengan nyaman di sekolah.”

Marka turun dari ranjang yang sedari tadi ia duduki, hampiri Eci, berdiri tepat di belakang si suter kemudian berbisik. “Janji, sayang.” Di akhiri kecupan pada cuping Sus Eci.

Eci merinding sekujur badan.

Gak sampai situ, bocah nakal itu tarik pinggang Eci mendekat sampai nempel, bokong sintalnya nempel sama selangkangan si remaja. Marka tarik dagu Eci ke samping sampai mata mereka ketemu, kemudian si remaja dekatkan ranum, mempertemukan kedua belah bibirnya. Eci gak ada tindakan apapun, hanya diam, pasrah akan permainan Marka.

“Mnhh~ sakit... “

“Makanya buka, gue mau masuk.”

Lalu remaja itu memasukan lidahnya ke dalam mulut Eci, menelusuri, mengabsen gigi suster yang rapi, sampai tiba Eci membalas lumatan Marka, lidah mereka bergulat, saling menyesap, bertukar ludah merasakan satu sama lain.

Marka menarik pinggang Eci semakin dekat sampai tak menyisakan jarak, mengajak beranjak dari tempatnya dan berpindah ke tempat yang lebih nyaman. Setelah dirasa sudah tepat, si remaja dorong badan suster sampai terjatuh di atas tempat tidur dengan Marka di atasnya.

Tangan bocah nakal itu membuka satu persatu kancing seragam suster, tak sampai dibuka semua, dia berhenti pada kancing ke lima, sebatas pertengahan perut saja.

Pangutan bibirnya dilepas, berpindah pada bagian leher jenjang suster. Marka beri kecupan dalam penuh penekanan, Eci rasa akan meninggalkan jejak disana. Ingatkan Eci setelah pulang dari sini untuk memasukan sendok ke dalam frezeer!

Kecupan itu terus berlanjut semakin turun sampai tepat di depan dada si suster, kecupan bocah itu berubah menjadi jilatan, menjilati gumpalan lemak yang keluar—meluber dari bra berwarna merah muda. Satu tangan Marka menerobos masuk lewati bra, meraba puting si suster yang—rupanya sudah menegang.

“Keras banget pentilnya Ci.” Gak ada sopan santunnya, bocah itu menyebut nama yang lebih dewasa tanpa embel-embel suster.

Eci melirik sinis. Katakanlah ia gila hormat, Eci gak suka sama bocah bandel yang gak ber-atitude kaya remaja mesum seperti Marka ini. Si suster mau dipanggil dengan semestinya, diperlakukan dengan sopan, layaknya orang dewasa lainnya.

Marka yang sadar akan lirikan Eci, ia tanya. “Kenapa?”

“Panggil yang bener.”

“Eci.....kan Eci nama lo?”

“Saya lebih dewasa dari pada kamu, Marka.”

”.... ya terus?”

Salah Eci, mendebatkan hal seperti ini sama Marka. Dia kan memang bocah nakal yang kurang didikan orang tua, bandel, songong, gak paham cara ber-atitude yang baik.

Dengan posisinya Eci masih di bawah Marka, mata mereka bertemu— saling bertatap, tatapan tak mau kalah. “Kita mau ngentot, bukan mau belajar sopan santun Eci, gitu aja dimasalahin.”

Eci menutup paksa bajunya, kemudian mencoba dorong badan bocah nakal itu. “Apa sih?!” Sarkas Marka gak terima.

“Minggir, kita gak jadi!”

“Cuma masalah sepele?!”

“Sepele? Ck! Cepet minggir, saya mau pulang aja.”

Marka ngusak rambutnya ke belakang. Gila aja ini hanya masalah sepele.... masa mau batal ngentot?!

“Suster pleasee kontol gue udah ngaceng banget, pegang nih!” Marka tuntun tangan Eci untuk meremas gundukan celananya. “—masa gara-gara gue cuma manggil nama sampe gak jadi.”

Eci menahan bibirnya, hampir aja tawanya nyembur hanya karena remaja mesum itu yang frustasi sebab kelaminnya sudah menegang tapi perjanjian ngentotnya hampir batal. Sebetulnya tanpa Marka tuntun tangan Eci pun, si suster sudah tau, dari luar celana kentara kalau bocah itu sudah kepalang sange.

“Minta maaf dulu yang bener, habis itu kita lanjutin.”

“Sus Eci maaf ya tadi gak sopan, boleh kita lanjut sekarang?”

“Suster Eci please maafin aku. ” kata Eci, menyuruh bocah itu untuk mengulang ucapannya.

Marka memutar bola matanya malas, namun tetap ia turuti. “Suster Eci, please.... maafin aku,”

Setelahnya Eci ngangguk. Kegiatan panasnya pun dilanjutkan.

Si remaja singkap ke atas seragam suster yang sebatas lutut, memperlihatkan paha mulus yang tak terbalut apapun, tangan Marka otomatis meremas gemas paha mulus itu, merambat naik sampai selangkangan si suster kemudian bocah nakal itu elus elus menggoda sampai si empunya merapatkan paha, merasakan gelenyar menggeletik pada bagian intimnya.

“Sok sok an gak jadi, ini memek lu aja udah basah.”

Bocah mesum itu melepas celana berserta celana dalam, menyisakan pakian atasnya saja, lalu menduduki perut si suter, ia tuntut kontol tegangnya masuk lewat sela sela kain bra yang masih terpasang menopang nenen besar Sus Eci. Marka gapai kedua tangan si suster menyuruh untuk menyatukan teteknya supaya kontol besarnya tergencet dua gumpalan lemak milik Eci.

“Gerakin sus,”

Eci nurut, menaik turunkan nenenya, mengurut kontol Marka yang semakin tegang bahkan sudah mengeluarkan cairan precum dari lubang kecilnya.

“Aahh~ ! Kencengin lagi sus.”

Eci keluarkan seluruh tenaga, menjepit semakim kuat kontol remaja mesum itu pakai dua teteknya, menggerakan lebih brutal dua tetek besarnya sampai bocah mesum itu menggeram nikmat, lehernya nampak sudah berkeringat, matanya terpejam, keenakan kontolnya ngentotin nenen montok Sus Eci.

Sungguh gila luar biasa gila! Sesuai ekspetasi, sesuai bayangan si remaja, genjot nenen besar Sus Eci akan senikmat ini. Marka gak nyangka impiannya akan tercapai begitu cepat.

Dirasa gerakan tempo tangan Sus Eci memelan, Marka mulai bergerak, menggoyangkan pinggulnya menusuk gumpalan daging kenyal itu, tangannya ikut serta genggam kedua tangan Eci yang masih menekan nenennya, supaya menjepit lebih kencang, sebab kini ia merasakan cairan nikmatnya sebentar lagi akan menyembur.

“Fuck!! Nghh—Suster aaahhh~~!!” Pada erangan panjang spermanya nyembur, menghiasi nenen Sus Eci sampai kenai leher cantiknya.

Marka mencolek lelehan sperma pakai jempolnya, lalu mengoleskan pada penisnya kemudian menepuk nepuk kasar bibir plumpy Eci pakai kontolnya yang masih tegang dan ada tetesan cairan putihnya. Selang gak lama ia masukan penisnya ke dalam mulut si suster. Eci hisap kontol besar nan basah sperma itu bak menyesap permen lolipop manis, Marka kembali mengerang—gila! Bukan hanya nenen besarnya, mulutnya pun jago memanjakan kontol. Semua yang ada ditubuh Eci jika diperkosa tidak akan mengecewakan, Marka berani berumpah!!

“Sus nghh~~!Aahh— udah anjing, ntar gue crot lagi!!”

Namun Sus Eci sudah kepalang menikmati kontol besar Marka itu enggan melepaskan. Terlalu sayang kalau dianggurkan, toh kalau mau nge-crott di dalam mulutnya tak masalah, rasa sperma Marka tidak seburuk yang Eci bayangkan.

Si remaja mengubah posisinya, dari yang menghadap arah jarum jam dua belas kini ia berbalik menjadi arah angka jam enam. Marka melucuti celana dalam Eci, sebelum dibuang ke sembarang arah ia endus celana dalam bekas itu, meresapi harumnya celana dalam basah bekas memek Sus Eci, tak lama Marka bergantian ciumi memek si suster, lalu digesek gesek pakai ujung hidungnya, Eci yang masih sibuk jilati pangkal kontol Marka sedikit berjengit.

Bocah mesum itu gantian beraksi, dua jari ia tempelkan pada labia si suster lalu melebarkan sampai daging merah berkedutnya terlihat, Marka mendekatkan mulutnya, menjilat lelehan becek memek Eci sampai sang empunya kembali menggelinjang serta keluarkan lengguhan, kakinya merapat menjepit kepala si remaja.

Marka semakin asik bermain di bagian intim suster, sedang Sus Eci sudah melepaskan kontol bocah itu, membiarkan bergelantung bebas tepat di depan mulutnya yang menganga keluarkan desahan tanpa henti, pun belepotan bekas cairan Marka dan liurnya sendiri, matanya memejam erat menerima permainan bocah itu.

Marka turun dari badan suster, menyuruh si suster untuk menungging. Rok Eci digulung—di naikan lagi sampai ke pinggang, ditamparnya sekali bokong semok di hadapannya sampai meninggalkan bercak merah pada salah satu daging tebal itu. Tanpa aba-aba si remaja memasukan dua jari ke dalam memek becek suster, mengobrak abrik isinya, satu tangan yang nganggur digunakan untuk menampar dua bongkahan merekah kanan kiri secara bergantian.

Perih—tamparan bocah itu terlampau kasar sampai Eci merasakan bokongnya ngilu, namun lain lagi dengan memek beceknya yang terus keluarkan cairan kotor semakin nyedot kenceng jari tebal si remaja. Marka nambah satu jarinya lagi, tiga jari di dalam lubang becek Sus Eci, gempuran jari jari kotor itu semakin kencang sampai keluarkan bunyi nyaring clok clok clok mengisi kamar hotel itu bersahutan sama suara jeritan si suster.

“Marka aaahhh~~!!”

“Enak ya memek murahannya dilecehin pake jari gue?”

Si suster hanya mampu mengangguk, namun Marka membalas dengan tamparan lebih keras lagi di bokongnya yang sudah merah padam. “Jawab suster, mulutnya dipake buat ngomong, jangan cuma buat desah keenakan doang!”

“Enak ya memek lacur lu dicolok tiga jari gue?”

Eci ngangguk semangat, “Iya–hanghh~~aaahhh! Ena–aahh~ enakk Marka.”

Marka mengangguk puas. Seiring tiga jarinya merusak lubang memeknya jempolnya menekan benda kecil yang nyempil namun sudah berwarna merah merekah itu, si remaja tekan tekan terus itil Eci bersamaan dengan tiga jarinya tanpa henti merojok memek ngoroc si suster, sedang Sus Eci udah tolol, sprei di bawahnya basah kenai liurnya yang terus netes, lidahnya menjulur keluar, kedua tangannya meremas sprei sangat kuat.

Eci jadi penasaran, Marka bocah delapan belas tahun tapi sudah sangat handal gini mainin memek orang dewasa lalu bocah itu sudah nakal dari umur berapa ya....?

Persetan dengan rasa penasarannya, kini si bocah mesum itu sudah mengganti tiga jari pakai kontol besar beruratnya, Eci melengguh keras, bahkan tiga jari pun rasanya kalah jauh sama kontol besar Marka... rasanya Eci mau pingsan saja, merasakan titik ter-enaknya yang terus terusan dikenai sama kontol Marka. Belum lagi tangan basah Marka yang bekas cairan memek Eci kini meremas gundukan nenennya, meremas kencang bersamaan dengan genjotannya. Kontol si remaja merojok lubang memeknya, merusak, mengobrak abrik setiap Marka menarik keluar kontolnya kemudian menyodok lagi disitu Sus Eci akan melengguh keras sebab itilnya ditabrak keras sama testis Marka dengan brutal. Bokongnya makin naik ke atas, bikin remaja semakin gila menyentak kontolnya masuk semakin dalam, sampai kulit bagian perutnya menabrak bokong sintal Eci, kulit ketemu kulit, dan keluarkan bunyi nyaring seperti tamparan kesar.

Eci merasakan pelepasannya hampir sampai, tapi bocah itu malah menarik kontolnya keluar dari memeknya.

“Gak boleh keluar sebelum gue keluar!” Kata Marka penuh tekanan.

Gila aja, titik sensitifnya hampir termainkan semua tapi ia dilarang keluar, gimana caranya.... dasar remaja nakal!

Marka merebahkan tubuhnya, lalu Eci naik di atasnya, tangannya dengan mudah memasukan kontol ngaceng bocah itu ke dalam lubang surganya.

“Aaaahhh~~!” Seiring dengan bokongnya menduduki penis Marka, pun batang kontol itu masuk semakin dalam ke lubang becek memek Eci.

Eci menggerakan pinggulnya, naik turun secara perlahan tapi berkat bantuan dua tangan Marka yang mengangkat pinggangnya jadi goyangan brutal.

Gatal, semakin tonjolan manis di dalam sana terkena kontol Marka maka disana ada rasa yang kian gatal yang menyeruak. Si suster semakin lincah, menggoyangkan pinggulnya, kini bukan lagi naik turun tapi gerakan memutar seakan lagi ngulek kontol besar yang lagi ngerojok memek lacurnya. “Aaaahhh~~ enak marka~ nghh–!

Marka ikut serta dalam gerakannya, mendorong pinggangnya untuk kontolnya semakin masuk ke dalam memek Eci, merusak lubang becek itu dan merasakan nikmat sebab kontolnya diremas begitu kuat di dalam sana.

“Lo enak banget anjing Eci, memeknya ketat banget—mnghh~ fuck gue mau keluar!”

“Keluarin, Marka jangan keluar di dalem!”

Persetan dengan larangan itu, remaja mesum itu mengeluarkan spremanya di dalam memek Eci, menyembur berkali kali sampai badannya bergetar. “Aahhh... udah terlanjur,”

Setelah dirasa pelepasannya sudah tuntas, Marka menarik keluar kontolnya, membiarkan lubang memek Sustee Eci yang menganga lebar minta dirojok lagi dan lagi.

Marka mengganti kontolnya pakai jarinya lagi, kemudian mengobrak abrik lubang beceknya, sampai tiba Eci semburkan cairannya kenai tangan Marka yang masih bersangkar di dalam.

“Hahaha squirter ya lo ternyata.. “

Eci gak peduli, ia terkulai, badannya sudah lemas setelah sesi permainan bersama remaja nakal itu. Sudah lama sekali ia tidak bermain begitu panasnya apalagi sampai squirt seperti barusan... luar biasa.

Marka terkekeh, ia berjalan tanpa rasa malu entah bocah itu hampiri apa Eci hanya mampu memperhatikan dari atas kasur kotor, basah sana sini kenai cairannya dan sprema remaja nakal itu.

Matanya membola begitu melihat si remaja memegang benda yang tidak asing.... “Marka?”

“Kenapa? Mau nobar gak... permainan kita barusan?”

“Kamu gak ada bilang pasang kamera?”

“Ya kalau gue bilang, ntar lu gak mau hahaha! Udahalah sus... mau nobar gak?” Tanyanya lagi.

“Gak!” Eci segera bangun, kemudian merapikan pakaiannya lagi, ingin segera keluar dari tempat setan ini!

“Mau kemana sih buru-buru amat.”

“Pulang.”

Marka mengedikan bahu acuh, ia sedang sibuk melihat hasil rekaman kamera yang ia pasang tanpa sepengetahuan Eci.

“Seru nih kalau rekaman ini gue kirim ke Echa... pasti dia shock lihat kakanya yang keliatan polos ternyata binal kalau udah disodok kontol gue.”

“Jangan gila kamu.”

Tawa bocah nakal itu meledak, “sus sus lain kali perhatiin sekitar makanya, jangan fokus ke kontol gue aja,”

“Perjanjian kita udah selesai, besok kamu pastiin Echa aman di sekolah.” Ucap Eci tepat di depan pintu, hendak ingin keluar namun tertahan oleh jawaban Marka.

“Selesai?” Tanya Marka, nadanya terdengar sangat menyebalkan di telinga si suster.

“Maksud kamu apa, Marka?”

“Selesai apanya, ini rekaman bakal gue gunain buat manggil lo. Kalau lo gue butuhin dan nolak.... ya sorry aja ini bakal gue sebar... dan lo bakal kehilangan pekerjaan lo.... adik lo bakal tau.... dan nama lo buruk... “

Eci banting pintu setelah sudah keluar, gila bocah itu betulan gila, Eci gak habis pikir.

Di bekalang puntu si suster menangis, merutuki dirinya sendiri, kenapa ia sebodoh ini mau dikerjai habis-habisan oleh bocah mesum itu. Sekarang ia dilanda penyesalah, dan gelak tawa Marka dari belakang pintu terdengar sangat kencang, sangat amat menyebalkan.