Tante Caca
Malik segera keluar dari toilet sekolah, remaja delapan belas tahun itu akan langsung pulang ke rumah Om Johan. Mengenderai sepeda motornya ugal-ugalan— tak sabaran mau garap memek becek Tante Caca.
Sedang Caca di rumah sudah ngangkang lebar, memperlihatkan memek merekah yang udah becek, satu tangannya sibuk elus-elus memek, lalu sebelahnya menggenggam erat ponselnya yang menampilkan foto penis Malik yang ponakannya itu kirim. Rasanya semakin gatal saja memeknya, Caca tak tahan, ia mencari benda yang sekiranya bisa dimasukan ke dalam lubang kelaminnya.
Timun! Hanya itu yang ada di otaknya. Maka, wanita hamil besar itu bangkit dari ranjangnya menuju dapur, untuk mengambil sebuah timun di dalam kulkas yang akan ia gunakan pengganti kontol.
Setelah menggenggam sebuah timun berukuran sedang, Caca tak berniat kembali ke kamarnya, jadi istri dari Johan itu melebarkan kaki di depan kulkas yang masih terbuka, melamoti timun ukuran sedang itu sampai terasa begitu basah, lalu perlahan ia masukan ke dalam lubang memek beceknya.
“Aahh~!”
Caca menggigit bibir bawahnya, ia merasakan sensasi dingin yang menguar, berbaur bersamaan rasa sedikit ngilu di sekitar dinding lubangnya.
“Eumnh— Malik...”
Ia genggam sebelah nenennya, membayangkan tangan itu tangan ponakan yang sedari semalam bersarang di dalam kepalanya. Caca cubit, nan pelintir putingnya sampai tak sadar asinya ngucur membasahi sekitar dada turun ke perutnya yang buncit.
Usia kandungan memasuki enam bulan memang lagi birahi-birahinya, Caca tahu akan hal itu. Makanya Akhir-akhir ini Caca merasakan tubuhnya bereaksi lebih cepat, sange tak tahu waktu dan tempat.... ya seperti sekarang ini, suaminya lagi gak ada, tapi rasa gatel di memeknya tak bisa ditahan.
“Caca anjing lu beneran lacur banget ya!”
Caca