teman adalah maut pt2

“Her, aku ada arisan malam ini, kamu ditinggal di rumah sendirian gapapa kan?”

Hera yang lagi berkutat sama alat masak mengangguk. “Iya gapapa, Lir.”

“Ohiya, suamiku juga bentar lagi sampe kok. Katanya lagi jalan pulang. Aku nitip Mas Marki ya Her, nanti tolong disiapin makan malamnya, makasih.” ucap Lira diakhiri sama tepukan pelan di bahu Hera, yang dijawab acungkan jempol sama wanita itu.

Hera menyunggingkan senyum lebar begitu temannya benar-benar pergi meninggalkan rumah. Ia buru-buru melepas seluruh pakaiannya, lalu memasang kembali apronnya. Selembar apron itu menjadi satu-satunya kain yang menutupi tubuh telanjangnya. “Siap Lir, suamimu aman sama aku.” begitu ucapnya diakhiri tawa meriah.

Setelah semua masakannya matang, Hera menyajikan di atas meja makan, menyusun satu persatu dengan telaten sampai tiba-tiba ada sepasang tangan besar meremas bokongnya yang tak tertutup kain.

Plak! Plak! Dua tamparan mendarat di atas bokong semoknya.

“Nakal ya kamu, masak di dapur rumah orang gak pakai apa-apa.”

Tanpa membalikan badan pun Hera sudah tahu siapa pemilik tangan nakal yang meremas bokong sintal kebanggannya.

“Nghhh~ ih Mas Marki! Gak pakai apa-apa gimana? Ini lho aku pakai apron, Mas!” wajahnya melonggok ke samping, lalu simpulkan senyum miring.

Marki jatuhkan tas kerja, lalu menggulung lengan kemeja putihnya. Kemudian melepas tali apron yang melingkar di pinggang mulus Hera. Dia naikan satu kaki si cantik ke atas meja. Kedua telapak tangan besar itu mendorong bokong semok Hera supaya lebih dekat sama meja, sampai memek tembam sang gadis yang masih kering menempel sama meja kayu di depannya hanya saja terhalang selembar apron yang ia pakai.

“Gesek memek lacur kamu di meja ini, sayang.”

“Ughh— Mas Marki...” tak perlu waktu lama, Hera langsung menuruti perintah tuan rumah.

Ia menggerakkan pinggulnya, menggesek memeknya ke ujung meja. Wajahnya melonggok ke belakang, menatap telak mata elang si tuan rumah, lelaki itu memberi anggukan dan tersenyum bangga. “Iya gitu cantik, pinter. Ayo gesek lagi sampai memek tembem kamu itu banjir lendir.”

Sebelah tangan Mas Marki masuk ke dalam apron, meremas nenen besar yang menggantung bebas tanpa adanya bra. Tubuhnya semakin mendekat, merapat ke bokong semok yang lebih muda, sampai terasa penisnya yang masih lemas lalu lama kelamaan mulai mengeras, dan menyenggol daging montok di hadapannya.

Figur paling tua mencengkram pinggang ramping paling muda, lalu membantu menggerakan— menggesekan memek becek sang gadis pada ujung meja, bersamaan dengan itu suami dari Lira menggesek kontolnya ke pantat semok si centil yang sudah mengeras sempurna namun masih terbungkus celana bahannya.

“Eunghhh~ Maas— Mas Marki....”

“Iya, sayang... udah basah ya memeknya?”

Si submissive mengangguk semangat. “Uda— aaahhh~ udah Mas....” wajahnya mendongak ke atas, netranya merem melek keenakan. Pinggulnya bergerak semakin liar, menggaruk itil yang sudah membengkak, yang rasanya semakin lama semakin bertambah gatal.

“Memek lacurnya gatel, hmm?”

“Nghh heengh~ iyaah gatel Mas aaahhh~! Gatell memek Hera gatel...”

“Garukin lebih kenceng lagi sayang.” Marki tak jauh berbeda. Lelaki itu semakin membenamkan selangkangannya ke bokong sintal Hera, menggesek kian kencang kontol besarnya disana.

Wajahnya mendekat ke belakang leher si cantik, lalu lidahnya terjulur keluar menjilati belakang leher wanita yang sudah kehilangan akal sehat itu.

Sungguh Hera menggila, ia menggesek memeknya sangat kencang, rasanya sangat gatal, terutama bagian klitorisnya. Disana terdapat rasa gatal luar biasa, buat wanita itu menggesek memeknya semakian bak kesetanan. Pun lubangnya kedutan, minta diisi kontol besar.

Figur si cantik itu tak sabaran, ia menyingkap apron bagian depan ke atas, buat memek beceknya bersentuhan langsung sama ujung meja. Sebelah tangan lentiknya turun ke bawah, menyapa kelaminnya yang udah banjir lendir. Ia elus bibir memeknya yang super basah, kemudian dua jarinya membuka labia, mempermudah klitorisnya gesekan langsung sama ujung meja. Hera semakin gencar menggesek itil bengkaknya di ujung meja kayu yang kini sudah basah terkena lendir memeknya, padahal di atas meja terisi makanan yang telah ia masak.

Sedang lelaki di belakangnya meraih tali apron yang melingkar di leher Hera. Dia tarik sampai terlepas, hingga apron tipis itu jatuh ke bawah. Telapak besar sang dominan semakin gencar meremas nenen besar si semok, mencubiti putingnya lalu menariknya sampai si empunya mengaduh keras. Sebelah tangan yang menganggur menurunkan resleting celana, lalu mengeluarkan kontolnya lewat celah resleting, selang gak lama Marki melesakan palkonnya ke belahan bokong montok Hera.

“Aaahh Mas Marki aku mau keluarr...”

“Keluarin sayang, ayo Mas bantu dari belakang.”

Kedua tangan Marki mencengkram pinggang Hera, ikut membantu menggerakkan pinggul kurus itu supaya memek becek si submissive tergaruk semakin kencang pada ujung meja yang sudah basah total kena lendir memeknya yang gak berhenti ngocor.

“Euumnhh~ Mas Markiii shhh ahh ahhh keluar keluar aku mau kelua— AAAHHHH..!!”

Tubuhnya bergetar hebat, cairan kental mengalir bersamaan cairan bening yang menyembur deras membasahi meja sampai masuk ke dalam mangkuk berisi masakan yang wanita itu masak.

Marki terkekeh melihat air mancur yang menyembur begitu deras.

“Yaaah.... bau memek kamu makanannya, Ra.”

Sedang gadis itu panik. “Mas Marki maaf... nanti aku masakin yang bar—”

“Gak usah, Mas makan memek kamu aja sini.”

Marki angkat tubuh polos itu, lalu dinaikan ke atas meja. Bersanding sama makanan yang wanita itu masak, pun Hera sembur pakai cairan dari memeknya.

“Mas aduh... aww aaahh Mas jangan sshhhh mnghhh~ anjing! Mas Marki!”

“Memekmu lebih menggoda dari masakanmu, Ra.”

“Nghhh~ Mass....”

Hera kewalahan. Gimana tidak, belum ada satu menit memeknya squirting deras sehabis ia garuk pada ujung meja. Sekarang memek beceknya sudah disantap sama mulut sang tuan rumah dengan sangat rakus.

Lelaki itu menempatkan tubuh jangkungnya di tengah, diantara kedua kaki Hera yang mengangkang lebar, celananya entah sudah kemana. Mulutnya bergerak liar ngokop memek sang tamu bak tak pernah menyantap memek merekah wanita itu. Padahal setelah kejadian ngentot di dapur dan hampir ketahuan istrinya, pria ini lebih sering tidur di kamar tamu sama Hera dari pada sama istrinya. Berdalih tak pulang karena banyak kerjaan yang harus diselesaikan di kantor, padahal menghabiskan malam panas bersama teman dari istrinya. Sering diam-diam mencuri kesempatan ketika Lira sedang mandi, ataupun keluar sama temannya yang lain, Marki tak pernah melewatkan kesempatan menyantap memek legit yang kini menjadi candu baginya.

“Slurpp— mnhhh wangi terus memekmu, Ra. Bikin Mas selalu terbayang terus sama memek legit kamu ini.”

“Mas Marki anghhhahh~ udah Mas udah memekk aku aaahhh....”

“Iya sayang? Memekmu kenap— aaahhh enak banget memeknya.”

“Udah Mas udaa— eumnghhh~ Mas Marki aaahh udaahh...!!”

“Udah udah tapi ini lubang lacurmu cengap cengap gini, Ra. Gak sabar ya dijejelin kontol gede? Hmm gak sabar memeknya diisi kontol keker punya, Mas? Apa mau dijeblosin sekarang?”

Betulan gila, sepertinya suami Lira ini telah dibutakan sama memek tembem Hera.

Marki mengocok kontolnya di depan selangkangan Hera, lalu menarik tubuh telanjang si cantik sampai memek becek itu tabrakan sama kontol kerasnya.

“Aahhh~ Mas Marki...!!”

“Mas masukin ya sayang?”

Kontol besar berurat adalah kunci untuk menaklukan Hera.

Cuh!

Marki meludah di atas perut gadis desa itu, lalu menarik ludahnya ke depan memeknya. Mengaduknya bersamaan sama lendir lengket yang keluar dari memek tembam itu.

Fuck! Memekmu masih sempit aja, Ra. Padahal udah Mas entot hampir tiap hari.”

“Aahhhh! Mas Marki...”

“Mas kucekin ya?” Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu sudah bergerak mengucek memek merekah si cantik, mencubit itil merah merekah sampai si empunya menjerit keras.

Dibelai gelemabir memek legit itu, lalu dilebarkan sampai terlihat lubangnya yang berkedut kencang.

Dicolok-colok lubang memek basah itu pakai dua jari panjang Mas Marki sampai keluarkan bunyi clok clok clok amat keras, suara kocokan itu bersahutan sama desahan Hera yang tak kalah nyaring.
Bersamaan dua jari ngocok lubangnya, jempol Marki menekan kelentitnya, lalu dikucek sampai benda kecil itu semakin membengkak dan memerah.

“Becek banget Ra, memek lonte emang gampang bocor, ya?”

Hera ngangguk tolol. Emang beneran lonte, lontenya Mas Marki. Lonte simpenan suami temannya sendiri.

Sang tuan rumah genggam kontol besarnya, lalu digunakan buat nampar namparin memek tembam di depannya. “Liat nih, ditamparin kontol langsung cengap cangap lubangmu, Ra.”

“Masukin— aaahhh~ Masukin kontol Mas Marki.”

“Perek banyak mau! Disumpel pake jari kurang ya? Kurang puas, iya?”

Tak ada jawaban lain selain mengangguk semangat, Hera butuh kontol buat muasin memek lacurnya.

Lantas pria dominan itu menarik dua jarinya, dan masukin kontolnya yang udah keras ke lubang memek becek lendir itu.

“Aaahh~! Enak... kontolnya enaa— eunghhh~~ Mas Marki...!”

Marki makin erat ngungkung Hera, dua tangannya yang nganggur dipakai buat remesin nenen mengkal kesukaannya. Dipelintir pentilnya, lalu ditampar sampai memerah.

Sedang figur sang gadis sudah sangat berantakan. Wajahnya memerah, dagunya basah, mulutnya nganga keluarkan desah nyaring mengisi kekosongan dapur mewah itu. Kedua tangan lentik mengalung erat di leher lelaki yang lebih tua.

“Perek banget kamu, Ra. Mas hamilin kamu ya?”

“Mau— nghh aahhh MAUU!! Hera mau hamil anaknya Mas Marki!”

“Sini sayang, Mas mentokin biar pejunya langsung masuk rahim kamu.”

Si pemilik rumah bawa badan Hera ke dalam gendongannya, buat kontol berurat itu menusuk lebih dalam sampai gadis desa itu mengaga lebar sebab rasanya sangat nikmat.

Tubuh gadis itu terlonjak-lonjak di atas gendongan Marki, nenen besarnya berguncang hebat, putingnya yang tegang bergesekan langsung sama dada bidang Mas Marki buat si lelaki itu semakin terangsang nan berniat menghancurkan memek beceknya.

Hera betulan gila, memeknya dirojok kontol besar buat otaknya ngeblank, gak bisa mikir, dan otaknya penuh sama kontol besar lelaki yang lagi ngacak-ngacak lubang lacurnya. Lingkarangan tangannya semakin erat, kepalanya mendongak sampai rambutnya hampir menyentuh lantai. Goyangan Mas Marki benar-benar membuat ia kehilangan akal sehatnya.

“Mas aaahh~! Mas Marki hhh mau keluar aku mau kel— nghhh aaahhh Mashh~~!!”

“Tunggu, Mas juga mau keluar.”

“Aaaahhh~~ Mas Marki kontolnya enak banget emhh~~!!”

“Aahh! Fuck jangan diketatin, bangsat!”

“Lagi aahh kelu— aaahhh keluarrr...!!”

“Mnghh Ra hhhh anjing, anjing, enak banget sshhh~ hamil kamu, Ra, hamil anaknya Mas....”

Keduanya keluar bersamaan, Marki keluarkan pejunya di dalam memek Hera, pun gadis itu menyemburkan cairannya kenai kontol si tuan rumah yang masih nyolok lubang beceknya.

Waktu menunjukan pukul satu pagi, tapi Hera masih gak bisa tidur. Otaknya penuh sama bayang-bayang kontol besar. Kontol besar punya Marki tentunya.

“Mas...”

Mas Marki yang lagi tertidur pules sambil meluk pinggang ramping istrinya terbangun— lalu terbelakak begitu mengetahui si pemilik tangan yang menepuk pelan pipinya.

“Hera....? Kamu ngapain kesini? Terus kenapa kamu gak pakai baj—”

“Mas aku sange.”

Lagi lagi lelaki itu dibuat terbelakak. Hera, perempuan yang menumpang di rumahnya, berani nyamperin si pemilik rumah ini di kamarnya, jelas-jelas ada istrinya di samping dan lagi dipeluk. Dan gilanya lagi gadis itu datang tanpa sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya.

“Mas... memekku gatel, mau dientot kontol besar punya Mas...” ucap Hera dengan suara bisik-bisiknya, supaya gak membangunkan Lira yang tertidur pulas di samping Mas Marki.

Figur paling tua tercengang, lelaki itu tahu kalau Hera memang binal tapi gak tahu kalau ternyata sebinal ini sampai nekat nyamperin ke kamarnya....

“Ayoo, ke kamar kam—” ajak Marki, sembari bangun dari posisi tidurnya. Namun belum sepenuhnya berdiri, gelengan Hera buat sang tuan rumah menghentikan gerakannya.

“Gak mau. Aku mau kita ngewe disini— di kamar kamu dan istrimu.”

“Ra, jangan gila lah. Liat itu ada Lira!”

“Justru itu! Aku mau kita main di sebelah istrimu yang pules, Mas...”

“Sayang— Hera....”

“Mas Marki mnghh— ” mendorong dada figur paling tua sampai lelaki itu terlentang kembali di kasurnya, lalu ia menjatuhkan tubuh telanjangnya di atas badan sang dominan.

“Mas hmmph— aahhh~ memekku udah becek....” menyambar bibir si empunya rumah, bersamaan dengan pinggulnya yang bergerak di atas benjolan celana Mas Marki— menggaruk memek gatelnya disana.

“Aahh! brengsek, lonte!”

“Mas Marki nghhh aahhh~ udah keras kontolmu, Mas...”

“Itu ulahmu, bangsat.” Gadis itu terkekeh, mendengar umpatan kesal keluar dari mulut suami temannya.

Marki telanjang dada, dan bawahannya cuma pakai bokser tipis tanpa celana dalam. Jadi, begitu Hera menduduki dan menggesek memek beceknya di atas gundukan itu tentu saja sangat terasa buat kontol besar itu tegang gak pakai lama.

“Mas aku sepongin, ya?”

Mau dilarang pun Hera gak peduli, ia tetap akan menyepong kontol kesukaanya itu.

Ia masuk ke dalam selimut yang juga dipakai sama Lira, lalu menurunkan bokser tipis Mas Marki, nan disambut hangat sama kontol besar, sebab benda keras itu langsung menjepret bibirnya.

“Mnhhh— cup! Kontol kesukaanku...” Gadis itu genggam batang kontol Mas Marki, lalu dikecupi dari pangkal sampai palkonnya.

Sedang lelaki yang terlentang pasrah itu menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desahannya yang bisa lolos kapan aja.

Fuck Hera, bangsat mulutnya enak banget.”

Hera ciumi testisnya, kemudian dua bola kembar itu dimasukin ke dalam mulut hangatnya. Diemut layaknya permet manis. Sedang batangnya dielus halus pakai jemarinya yang lentik. Palkonnya diusap-usap pakai jempol basahnya bekas cairan precum yang keluar dari lubang kontol Mas Marki.

“Gantian ya, sekarang batang kontol banyak urat ini yang masuk ke mulut aku.” ucap Hera dengan ekspresi erotis buat Marki di bawah sana semakin terangsang hebat.

Ia masukan batang kontol besar berurat itu ke dalam mulutnya. Lidahnya langsung menyapa, memutari palkonnya, kemudian melilit batang itu sampai lagi-lagi buat si empunya mengerang dan harus membekap mulutnya.

“Hera anj— nmh~ AHH!” Akhirnya tangan Marki turun ke bawah, ikut andil menggerakan kepala Hera yang lagi ngulum kontol ngacengnya.

“Anjing enak emhh~! Enak banget bangsat, gak lubang atas gak lubang bawah, jago ngenakin kontol semua.”

Yang dipuji semakin semangat ngenakin kontol keras yang ada di mulutnya. Perlahan, ia dorong kepalanya sampai batang berurat itu masuk sepenuhnya ke dalam mulutnya, bahkan sampai mentok, nan kenai pangkalnya.

“Sshhh aahhh... perek bangs— jangan dikempotin bangsat aahh fuck fuck Hera, Mas kelu— nghh~ keluarr...!!”

“Cepet banget masa udah keluar aja Mas?”

“Mulut lo enak banget anjing.”

“Ya udah langsung masukin aja deh, memek aku udah gatel.”

“Sini tak garuk pake garpu, Her.”

Hera maupun Marki terkejut bukan main... siapa yang gak membeku kalau lagi enak-enak gini istrinya malah bangun dan nyautin perkataan tak senonoh....