Teman adik pt3
Malam ini merupakan malam minggu, dimana para anak muda menghabiskan waktu untuk berpacaran, bermesraan bersama sang kekasih, saling berbagi cinta, gak jauh beda sama dua remaja ini... mereka berencana mencumbu kakak dari salah satunya.
Pukul sembilan tadi Mark datang, lalu Jisung memberi temannya itu untuk masuk ke kamar kakanya lebih dulu.
Setelahnya dia menyusul. Jisung lihat Kak Haechan udah berantakan, badan polos, sekitar mulutnya basah kena liur, dan bagian selat sampai paha berluber bercak cairan putihnya sendiri.
Mark masih kocokin penis Kak Haechan, gak peduli sama figur lebih tua yang udah geter-geter gak karuan pasca pelepasannya yang tak kunjung selesai. Spermanya luber kemana-mana.
“Udah uda— aahhh~~ Mark eunghh~ ! udahhh...” satu tangan menjulur mencoba menghentikan aksi teman adiknya di bawah sana.
Sebelum tungkainya berjalan ke kamar sang kakak, Jisung menelan ludahnya kasar, lalu masuk hampirin keduanya. Duduk di belakang Kak Haechan kemudian kedua tangannya meraup nenen, putingnya yang mencuat dicubit-cubit kecil sama tangan besar si adik buat si empunya berjengit kaget.
Dia mendekat ke leher jenjang figur sang kakak, menghirup aroma semerbak wangi manis tubuh Kak Haechan, dikecupi belakang lehernya dengan sensual, pun kegiatan tangannya tetap berjalan.
Haechan terkulai lemas— gak berdaya, tubuhnya meliuk-liuk merasakan sensasi berlebihan, semua titiknya terjamah, belum lagi analnya terdapat vibrator yang kini menghantam dinding lubang beceknya semakin kencang. Badannya bergetar hebat sebelum akhirnya semburkan spermanya lagi dan lagi kenai tangan Mark.
Kak Haechan udah keluar kedua kalinya, remaja yang tangannya terkena semburan sperma itu terkekeh. Netra elangnya menatap Jisung, ngasih kode kalau mereka harus segera memulai garap kakak manisnya ini.
“Aahhh~ !! Jisung...”
Jisung tarik keluar mainan seks yang sedari tadi nyumpal lubang anal Kak Haechan. Yang ngontrol vibrator itu Jisung.
Badannya terlentang pasrah dengan paha terbuka, dua tangannya dicengkram dan dibawa ke atas kepala sama adiknya, putingnya yang mencuat itu dijilatin seksama, terkadang putingnya digigit lalu ditarik sampai Haechan menjerit. Sedang di bawah ada Mark, remaja itu menahan kedua kaki figur lebih tua supaya tetap terbuka lebar, lidahnya terjulur jilatin sisa sperma yang ngotorin sekitaran paha mulusnya. Daging gak bertulangnya semakin lincah bergerak—naik, menyentuh lubang senggama pria manis yang sudah kedutan minta diisi pakai lidah ganas si remaja.
Jisung itu adik yang baik, menghormati sang kakak layaknya menghormati kedua orang tuanya, tapi bukan berarti Jisung gak pernah kegoda sama tebaran pesona kakanya. Gak sekali dua kali Jisung lihat badan polos Kak Haechan, ia sering nonton drama setelah mandi di ruang televisi hanya memakai sehelai handuk, badannya masih basah bekas mandi. Jisung refleks meneguk ludah, kemudian berlalu pergi menghindari daerah panas ini.
Lagi, Kak Haechan sering pakai celana yang berukuran super mini, menutup setengah pahanya saja tidak mampu saking mininya. Belum lagi ketika sang kakak itu tidur. Remaja satu ini pernah nanya sama kakaknya ; kenapa sih kaka suka tidur sambil telanjang?
kata Kak Haechan ; dek kita tuh seharian udah pakai baju, jadi pas tidur ya harus buka semua biar badan kita istirahat dari pakaian. Lagian kan pas tidur bakal ketutup selimut. Iya sih, memang pas tidur pakai selimut, tapi masalahnya selimutnya Kak Haechan itu berhasil nutupin tubuh polosnya gak bertahan lama, paling dua sampai tiga jam saja ia terlelap udah terskingkap kemana-mana itu selimut. Jisung sering masuk ke kamar Haechan, sekedar nyari snack, atau minjem kaos kaki ketika remaja itu kehabisan stock bersih di lemarinya.
Jisung awalnya biasa saja, lama kelamaan menganggu pikirannya. Kemudian setelah lulus dari SMP dia sudah berani mastrubasi sambil bayangin badan polos Kak Haechan. Pun sampai sekarang. Jisung kira selamanya dia cuma bisa coli bayangan badan kakanya, tapi rupanya.... hari ini.... menit ini.... detik ini.... berkat sahabatnya— Mark.... dia berkesempatan mencicipi tubuh sang kakak.
“Mngghh~ dek...”
Puting mencuatnya dijilatin sama si adik, seperti jilatin es krim rasa cokelat kesukaannya, kanan kiri secara bergantian, gak sekali dua kali jilatin itu diganti sama gigitan kecil. Di bawah sana Mark garap anal Kak Haechan, sekitarannya dijilatin sensual, lubangnya lagi di colok-colok, diberantakin sama jari panjang si remaja ; dua jari masuk, ngobrak-abrik sampai rusak supaya muat dimasuki dua penis sekaligus.
Mark ngangguk meyakinankan Jisung, dengan posisi badan sang kakak udah nungging, sedang yang lebih muda di belakang sedikit ragu, netranya gak lepas memandang takjub lubang anal di depannya, udah kedutan dan terlihat sedikit longgar, satu tangannya ngocok penisnya sendiri agak kaku.
Si remaja itu meremas bongkahan montok, membelah dua buah bokong tebal— memperlihatkan lubang anal kedutan kakanya lebih jelas ke dirinya sendiri. Setelahnya bokong itu bergoyang lucu, digoyangkan sama pemiliknya guna menggoda yang lebih muda. Tapi remaja itu justru menampar keras bokong sintalnya sampai tinggalkan kemerahan bekas tangan besarnya. “Jangan kaya lonte ka.” tuturnya tegas. Si empunya langsung berhenti dari aktifitas goyang-menggoyang.
Jisung ulangi, kali dia membuang rasa ragu dan kaku itu, dia kocok kontolnya penuh semangat. Setelah dirasa sudah puas, perlahan penis panjang berurat itu dimasukan ke dalam lubang anal Kak Haechan, dimasukan sangat pelan— perlahan-lahan masuk semua batangnya, menyisakan testis yang menabrak kulit sekitaran anal kakanya.
Selagi lubangnya digarap sama sang adik, penisnya di bawah sana kocok bersamaan sama penis teman adiknya. Mark genggam dua penis itu, saling menabrak antar palkon miliknya sama palkon figur lebih tua.
Haechan menggila, badannya meliuk, mulutnya menganga, neteskan liur sampai basahi dagunya. Hentakan Jisung di belakang semakin kencang, buat bokong sintalnya itu berkali-kali tabrakan sama perut si remaja menghasilkan bunyi hentakan sangat keras, tapi suara hentakan itu jelas tak mengalahkan suara desahan dan mendayu-dayu kakanya yang gak kalah keras.
“Gimana ka, enak?” pertanyaan Jisung dijawab anggukan kencang. Gak mampu menjawab, mulutnya cuma bisa desah keras.
“Curiga, jangan-jangan kerjaan kaka nge-lacur... iya, ka?” Haechan menggeleng berkali-kali.
Bukan, Haechan bukan pelacur, cara ia cari uang bukan dengan jual diri, tapi Muncikari. Muncikari itu orang yang berperan sebagai pemilik pekerja seks komersial. Banyak perempuan yang ia asuh, untuk kasih makan lelaki berhidung belang yang mau bayar dengan nominal tinggi.
Plak! Plak! Tamparan keras mendarat di sekitaran bokongnya, buat daging sintal itu semakin naik ke atas.
“Enak ya dijadiin lonte sama adiknya?” itu suara Mark, suaranya terdengar sedikit menyebalkan dan di akhiri kekehan kecil. Bocah itu memposisikan selangkangannya tepat di bawah muka Haechan yang lagi dongak ke atas.
Lalu tangan remaja itu mendorong kuat kepala Haechan, mulutnya yang menganga langsung kemasukan penis besar berurat punya Mark dalam sekali, mentok diujung sampai ia tersedak berkali-kali.
“Mar—hhhk...”
Grok grokk!
Haechan hilang kewarasan, lubangnya disodok brutal sama adiknya, dan mulutnya dirojok sama kontol besar teman adiknya.
“Bangsat anget banget mulutnya aahhh~!”
Mark gak peduli sama keadaan Kak Haechan, pinggulnya genjot keras mendorong kontol besarnya semakin masuk, menghancurkan mulut kecil figur lebih tua, pun dua tangannya ikut andil mendorong kepala bulat Haechan bersamaan sama gerakan pinggulnya.
“Aahh! Anjing gue mau cum di dalam lubang Ka Hae— nghh— aahh~ Fuck enak banget...”
“Anjing gue juga mau keluarin di dalam, mau menuhin mulut kakak lo nih, ji...”
Crott!
Benar saja, Mark menyemburkan peju di dalam mulut Kak Haechan. Si Remaja menahan rambut halus kaka dari temannya itu, menahan sampai pejunya benar-benar habis semprot di dalam mulutnya yang hangat. Setelah dirasa sudah tuntas, dia tarik keluar, dengan sigap telapaknya membekap mulut kecil itu supaya pejunya gak keluar walau tetap ada yang keluar lewat sela-sela mulut.
“Telen, kak.”
Haechan ngangguk, berusaha sebisa mungkin menelan semua cairan putih di dalam mulutnya yang sedikit bau nikotin, itu gak enak banget buat di telan, tapi karena perintah dari si remaja ber-penis besar panjang nan berurat ia usahakan.
Haechan sepertinya obsess sama kontol besar.
Kini ia di posisikan terlentang, kakinya ditekuk ke atas sampai dengkulnya hampir nempel dagu, menampakan lubang analnya yang habis dirojok vibrator dan dipakai asal-asalan sama adiknya sudah becek berbercak cairan putih dan megap-megap.
Mark nahan kaki Haechan, lalu Jisung diam-diam berusaha memasukan penisnya ke dalam lubang anal kakanya.
“Mnghh— ahhh! Jisu— aahhh ahhhh~ !”
“Ka anjing mhhh— aahh! Brengsek lubang lu udah keliatan longgar pas dicolok kontol gue rapet lagi...”
“Namanya juga lonte haus kontol,” kata Mark.
Remaja itu nyusul, mengocok kontolnya dulu, lalu bergabung memasukan ke dalam lubang sempit yang sudah terisi milik Jisung.
“Anj— AAHHH!”
“Jangan aahh jang—jangan gak muat emhhh~! Sakit!!”
“Gak muat gak muat keenakan lu kak.” Mark berhasil masuk bergabung sama kontol Jisung yang gak beda jauh sama ukuran penisnya.
“Ayo gerak Ji,”
Dia nurut, menggerakan perlahan kontolnya keluar masuk ke dalam lubang senggama sang kakak.
Tarik kemudian dorong
Tarik
Dorong
Tarik lagi
Dorong lagi
Penisnya di dalam sana terjepit sangat kuat, dan itu sangat nikmat. Belum lagi sensasi gesekan sama kontol Mark yang sama-sama terjepit lubang hangat Kak Haechan.
Haechan menjerit kencang, rasanya sakit tapi enak, tapi perih, tapi enak, tapi ngilu tapi enak. Dan lama-lama ia menikmati, dimana prostatnya dihantam terus-terusan, secara bergantian sama dua kontol keras itu.
Lubangnya menjepit kuat dua penis besar yang merojok lubang analnya, buat kedua remaja semakin semangat genjot lubang hangat itu.
Haechan narik Mark untuk diajak ciuman, remaja itu dengan senang hati menerima ajakan figur lebih tua.
“Mhhhng~ aahh eunghh~~~ enakk aahh!”
“Lubang lacur, dimasukin dua kontol bukannya kesakitan malah keenakan.”
Gak munafik rasanya di awal memang sakit luar biasa, tubuhnya terasa terbelah menjadi dua bagian, lubangnya bagai robek, tapi lama kelamaan rasa sakitnya berganti jadi enak. Haechan gila, tubuhnya berasa terbang ke awan.
“Ini kontol gak ada gunanya!”
“Aahhh! Mark nghh~ !”
Bocah itu menyentil penis Haechan yang perlahan netesin cairan putihnya.
“Gak guna kontol lu kak, ganti aja jadi memek.”
“Mhhnghh~ mau mau diubah jadi mem— aahhh jadi memek!”
“Beneran mau?”
Ia ngangguk berkali-kali.
“Nanti kalau udah jadi memek dientot sama kita lagi ya? Jisung ngentotin dari belakang, gue dari depan.”
Lagi-lagi ia mengangguk semangat. Meng-iya' kan apapun kata yang diucapkan si remaja.
“Brengsek gue udah mau keluar...”
“Keluarin aja di dalem, Ji.”
Jisung betulan keluar, semburkan pejunya di dalam lubang sempit Kak Haechan, kenai kontol Mark yang masih mejorok lubang kakanya.
Setelah itu dia tarik keluar. Jisung sudah puas bermain, kali ini Mark yang akan menggarap Kak Haechan sendirian.
“Anjing udah longgar lubang lu kak.”
“Nghh~ nggak Mark gak longgar!”
“Lah ini buktinya kontol gue lepas mulu.”
Haechan sekuat tenaga mengetatkan anal beceknya, menjepit lebih kuat kontol berurat Mark.
Mark bohong, sebetulnya gak selonggar itu sampai penisnya berkali-kali lepas, itu karena hentakan dan tarikannya dia yang kaya setan makanya meleset mulu sampai lepas dari lubang becek Kak Haechan.
Remaja itu berguling sambil narik tangan Haechan, sampai posisinya berbalik ; Mark di bawah dan Haechan duduk di atas perut Mark.
Ia menghentakan bokongnya ke bawah, merojok lubangnya yang banjir itu pakai kontol ngaceng Mark. Pinggulnya bergerak kaya lagi ngulek. Maju mundur kemudian digesek-gesek, menggaruk lubangnya yang gatal supaya terus kegaruk sama kontol remaja ini.
“Eunghh~~! Mark aku mau kelua— Aahhh keluar...”
Mark angkat pinggul Haechan, membantu pria manis itu yang mulai lemas sebab pelepasannya hampir sampai. Pinggulnya ikut andil menggenjot lubang Kak Haechan, merojok ke dalam, kenai prostatnya sampai si empunya itu mengerang kencang.
“Aahh~ ! Mark Mark aku keluar... “ Kedua tangannya berpegang ke bahu Mark, badannya geter-geter penisnya menyemburkan sperma kotori perut remaja yang ia duduki.
Haechan masih bergetar hebat, tapi lubangnya gak berhenti digenjot sama remaja nakal itu.
“Ka Haechan anjing aahh! Gue mau keluar... nghh aaahhhh...”
“Keluar di dalam ya ka?”
Haechan yang udah terkulai lemas itu hanya mampu mengangguk.
Haechan celingukan nyari Jisung, bocah itu udah gak ada di kamar... apa tidur di kamarnya sendiri...? Tapi Haechan sayup-sayup dengar suara adiknya itu lagi ngobrol sama.... gak tahu siapa, tapi Haechan kaya kenal dari suaranya.
“Papah...?”