sore hari kini Meika dan Juno tengah terduduk di taman. taman komplek yang tidak jauh dari rumahnya. ini permintaan Juno dari dua hari yang lalu tapi Meika baru menurutinya sore ini.
sepi, hanya ada suara mobil dan motor yang melintas pada jalanan area taman.
keduanya teridam, tidak ada satupun yang membuka suara. Meika sibuk melihat sekitar dan menikmati hembusan angin yang menyapu wajahnya. sedangkan Juno terduduk sembari menggoyang-goyangkan kakinya. pandangannya pun hanya fokus pada dua kakinya.
tiba-tiba saja ada lemparan bola, tidak terlalu kencang namun bola itu mengenai kaki sebelah kanan juno. anak kecil yang punya bola itu berlari menghampiri Juno dan Meika untuk mengambil bola miliknya.
“maaf ya, om” ucap anak itu, Juno tidak menjawab apapun, ia memilih diam.
“gapapa kok, ” Meika menjawab, bibirnya mengembang tersenyum ramah.
kemudian Meika berjongkok, menyamakan posisinya dengan anak itu.
“kamu kok mainnya sendirian, orang tua kamu di mana?” tanya Meika lembut, sembari mengelus halus rambut anak itu.
“di lumah, lagi kelja, tante.” Meika kembali tersenyum, gemas. “kamu gak ada suster yang jagain?”
anak itu menggeleng pelan, “emang, rumah kamu di mana?” tanya Meika lagi. anak itu menunjuk rumah yang tidak terlalu dari taman. rumahnya tidak jauh tapi harus menyeberangi jalanan yang tidak terlalu ramai namun bahaya bagi anak kecil.
“tante, sekalang jam belapa?” tanya anak kecil itu pada Meika.
Meika membuka ponselnya, melihat angka yang ada dilayarnya. “jam lima, emangnya kenapa?”
“ohhhh.... kata mama, kalau sudah jam lima, aku halus pulang. kalena itu sudah sole, anak kecil tidak boleh main sampai malam, bahaya. nanti diculik sama penculik jahat.”
Meika terkekeh pelan, “lucu sekali anak ini.” batinnya.
kemudian anak itu mengambil bolanya dan berlari pergi meninggalkannya Juno dan Meika. anak itu berlari tidak melihat jalanan hingga tiba-tiba saja terlihat ada mobil yang Melintas dengan kecepatan penuh. Meika berlari secepat yang ia bisa, kemudian Meika memeluk erat tubuh anak kecil itu, sekedar memeluk tidak menjauh dari jalanan.
mobil itu sampai di depannya, Meika memeluk lebih erat tubuh anak kecil dan berteriak keras. berharap supir mengerem mobilnya.
bugh!
tubuh Meika dan anak kecil itu terhempas kuat ke tanah, Meika merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya.
Meika memutar kepalanya ke belakang mendapati Juno yang masih setia memeluk perut Meika.
“kak—ju—no?” Meika sampai tergagap, tidak percaya bahwa Juno telah menyelamatkan anak kecil itu dan dirinya.
Juno segera bangkit tangannya terulur untuk membantu Meika berdiri.
“lain kali, kalau udah tau bakal ada mobil yang melintas kenceng tuh minggir. bukan teriak Meika.” cerca Juno.
tidak, Meika tidak bisa fokus. ia masih memikirkan sesuatu, seperti ada yang janggal. 'kaki, iya kaki'
“kak— kamu.... udah bisa lari.... ?”
“hah?” kali ini Juno yang bingung.
“coba gerakin kaki kamu,”
Juno menggerakan kakinya, “Mei.... ?”
“sakit gak?”
Juno menggeleng, “Mei.... gue udah bisa jalan? Mei, gue udah sembuh. Mei.” Juno heboh sendiri sedetik kemudian Juno memeluk Meika, mengangkat tubuh Meika, kemudian ia putarkan.
“kak.... ?”
kemudian Juno sadar, dengan cepat ia menurunkan Meika. “sorry,” ucap Juno
Meika hanya terkekeh pelan, “lucu.” batinnya.
“ekhem! kamu gapapa?” tanya Meika pada anak kecil yang masih berdiri di samping Meika.
“gapapa. tante dan om Makasih, ya. udah nolongin Bian hehehe.”
oh namanya Bian, “batin Juno.”
“jadi nama kamu, Bian?” Meika kembali bertanya. dan anak kecil itu hanya mengangguk.
Meika terkekeh pelan, “lucu.”
kemudian Bian pulang di antar oleh Meika dan Juno.