Qistiijyn

Teman Adik Pt2

Di sabtu pagi rumah Haechan sudah berisik sama suara teman-teman Jisung.

Kebisaan Haechan kalau hari sabtu pasti bangunnya siang, menafaatkan waktu— mumpung hari libur. Tapi gara-gara di luar amat sangat berisik, mau gak mau ia jadi bangun lebih awal dari hari sabtu biasanya.

Seperti biasa Haechan tidur tanpa mengenakan pakaian. Tanpa berlama-lama ia ngambil handuk, lalu jalan menuju kamar mandi.

Sebetulnya kakaknya Jisung itu masih ngantuk berat, sampai jalan aja badannya huyung kanan kiri sudah kaya orang mabuk. Begitu sampai di depan kamar mandi Haechan melotot kaget denger sayup-sayup suara aneh dari dalam kamar mandi rumahnya.... suaranya kaya gak asing di telinganya sampai mendadak jadi seger.

Buru-buru ia buka pintu kamar mandi, mengintip siapa dan apa yang dilakukan orang itu di dalam kamar mandi rumahnya.

Anjing! Dia lagi coli..... berani banget coli di kamar mandi rumah orang?!

Nah, kan, pantas saja Haechan gak asing rupanya itu suara Mark, bocah yang ia ajak ngentot dua minggu lalu dan sekarang dia lagi asik masturbasi....

“Mark— “

Yang dipanggil langsung berhenti dari aktifiasnya, netra remaja itu melebar, otomatis melepas genggaman penisnya yang mengacung tegak.

“Kamu ngapain?” tanya Haechan sok polos, padahal jelas-jelas dia lihat bocah itu lagi ngocok kontol.

”.... coli kak,”

“Maksudku ngapain kamu coli di rumah orang?”

Mark nunduk. “Maaf...”

“Kenapa?”

“Aku tadi kebelet pipis, tapi iseng buka kamar Kak Haechan terus lihat kaka telanjang, terus jadi sange...”

Astaga! Bocah gak sopan! Buka-buka kamar orang tanpa izin!!

“Maaf kak...” Remaja itu semakin menunduk, menyesali tindakan gak sopannya, sekalian mandang ngenes penisnya yang ngaceng tapi dibiarkan gitu aja.

“Oh, ya udah sini,”

Seharusnya... seharusnya Mark gak perlu kaget sama tindakan kakak dari teman sekelasnya itu, tapi tetep saja dia kaget. Kak Haechan tiba-tiba jongkok di depannya, nyambar penis Mark kemudian dikocok pakai tangannya yang halus nan lembut itu. Dan tanpa aba-aba,

“Kak— nghhh~ anjing Kak Haechan!”

Haechan kulum penis Mark, mendorong masuk setengah batang penisnya di dalam mulutnya yang kecil, lalu sisanya ia mainkan pakai tangannya, diremes-remes bagian tastis milik si remaja sampai si empunya mengerang tak tertahan, keenakan, kepalanya mendongak ke atas, satu tangannya menekan kepala yang lebih tua.

Dillit pakai lidahnya, disesap, dan dikulum layaknya lolipop.

Kak Haechan gila! Jago banget nyepongin kontol.

Lalu ketika Haechan lagi asik jilatin batang berurat si remaja dengan muka binalnya, Mark ngambil alih, tanpa aba-aba dia dorong kepala Haechan, menenggelamkan sepenuhnya penis tegangnya di dalam mulut hangat figur lebih tua, sampai pria manis itu tersedak akibat dorongan keras dan secara mendadak. Netranya merah sampai keluarkan air mata basahi pipi tembamnya, pun dengan mukanya, bibir tebalnya berkali-kali tabrakan sama testis Mark, dan hidungnya tenggelam di perut si remaja nakal itu.

Mark tarik lalu mendorong kepala figur lelaki yang lebih tua, ngocok kontol tegangnya di dalam mulut Kak Haechan, menghancurkan mulut kecil kakaknya Jisung itu, melecehkan dengan ganas tanpa memperdulikan lawannya. Sedang Haechan di bawah sana kacau, napasnya tersenggal, ia berusaha mendorong pinggang Mark sampai memukul perut yang tercetak otot disana, tapi si bocah itu gak peduli sama sekali. Malah dia benamkan lebih dalam, lalu diamkan penisnya di dalam sana, di dalam mulut hangat Kak Haechan— deepthroat,selang gak lama pria manis lebih tua itu sudah gak bisa nahan, memukul perut Mark berkali-kali, minta dibebaskan sebab ia butuh pasokan oksigen lebih.

“Hhh... kamu mau bunuh aku?!” tanya Haechan sebal.

“Sorry... abisnya mulut Kak Haechan anget, enak banget,”


“Kak kok bawa sikat gigi?”

“Mau sambil gosok gigi.”

Mark bingung banget... Kak Haechan ngajak masuk ke tempat mandi, katanya pengen ngentot di bawah guyuran shower tapi malah bawa sikat gigi yang udah dilapisi pasta gigi.

Haechan masuk lebih dulu ke dalam ruangan full kaca bening, Mark berjalan ke arah pintu— ngunci pintu kamar mandi jaga-jaga takut pas lagi ngewe ada yang nyelonong masuk.

Lalu ketika Mark masuk ke bilik pemandian, badan polos figur yang lebih tua berdiri di depan shower sambil tonjolkan bokongnya, tangannya sibuk menggosok giginya sendiri.

Si remaja yang paham, langsung kocok kontolnya, lalu satu tangan yang nganggur remes remes dan nampari bokong berisi Kak Haechan sampai tinggalkan bekas kemerahan, dan bokong itu ketika ditampar akan semakin ditonjolkan sama pemiliknya. Buat Mark gemas, pengen gigit.

Cuhh

Mark meludah tepat di belahan bokong Kak Haechan, lalu ludahnya diseret masuk menuju lubang senggama yang lebih tua.

Batang penisnya ditampar-tampar di bokong lelaki di hadapannya, menggantikan tangannya yang kini merogoh lubang sempit, memasukan dua jari ke dalam anal Kak Haechan bersamaan dengan ludahnya yang dia seret pakai jarinya.

Satu tangan Mark bekerja melonggarkan lubangnya, sedang satunya lagi digunakan nampar daging bulat pakai kontolnya yang udah keras banget.

Setelah dirasa sudah cukup, remaja itu keluarkan jarinya, lalu perlahan penisnya masuk ke dalam lubang sempit Kak Haechan.

“Eunghh~~ Mark...”

Satu kaki Haechan diangkat sama Mark, supaya mempermudah penisnya nyodok lubang sempit Kak Haechan, kedua tangannya berpegangan pada pinggang ramping si manis, meremat cukup kuat supaya kontol kerasnya semakin terbenam di anal hangat kakak dari teman sekelasnya itu.

Ah anjing! Kak Haechan lubangnya sempit banget, enak banget, selalu bikin nagih dan pengen terus ia gagahi. Mark selalu merasa beruntung kalau lagi ngentotin Kak Haechan gini, bawaanya mau bersyukur terus, bisa merasakan lubang anal kakaknya Jisung, belum lagi badannya yang bohai, duhhh mantep banget emang.

Tapi kata puji syukur seperti alhamdulillah dan lain sebagainya gak pantas diucapkan sekarang, jadi remaja itu menggantinya sama kata-kata jorok yang enak didengar sekarang.

“Kak Haechan aahhh~ fuck enak banget lubang kaka.”

“Kak lubangnya sempit terus, kudunya dientot tiap jam ini mah biar longgaran dikit.”

“Aduh bangsat! Lubang kaka anget banget, aku entotin sampe lower ya kak?”

“Kak Haechan aku mau ngentotin kaka sampai Kak Haechan hamil!”

“Kak nghh~~ aahhh — bangsat ini kontol gede aku kejepit lubang Kak Haechan.”

“Kak aahh— anjing nyedotnya kuat banget.”

Sedang si manis sudah pasrah, membiarkan sikat gigi menyumpal mulutnya, kedua tangannya pegangan erat di besi shower. Kepalanya dongak ke atas, netra cantiknya memejam, menikmati hujaman keras penis besar berurat remaja itu yang terus merojok lubang sempitnya.

“Eungmhh— aaahhh ~~ Mark iya disitu Mark ahh enak banget.”

“Disini?”

Haechan mengangguk semangat, bokongnya semakin ditonjolkan lalu satu tangan Mark bergerak menampari bokong besar itu, sampai keluarkan bunyi nyaring

Plakk

Plakk

sampai bokong tebal itu bergetar, dan tinggalkan rona merah disana.

Gerakannya semakin brutal, mengobrak-abrik lubang sempit Kak Haechan, perut Mark berkali-kali nabrak daging tembam di depannya sampai bokong semok itu berguncang hebat. Lalu satu tanganya beralih ke depan, mencubit nenen berisi si manis yang semakin lama terasa semakin membengkak. Pentilnya ditarik tarik buat si empunya melengguh hebat, badannya meliuk-liuk, bersamaan dengan itu Mark mendorong kelaminnya masuk lebih dalam jelajahi isi dalam lubang sempit itu.

Sikat gigi yang di mulut Haechan di tarik keluar sama Mark, lalu ujungnya dimasukin ke dalam mulut Kak Haechan.

“Kulum kak,”

Haechan yang sudah tolol di kontoli teman adiknya itu nurut aja. Ia kulum ujung sikat giginya, lalu selang beberapa detik ditarik lagi sama remaja itu.

Kemudian tanpa aba-aba remaja nakal itu mendorong masuk sikat gigi yang sudah basah liur Kak Haechan itu ke dalam anal masih diisi penisnya, sampai si empunya menjerit merasakan hal yang berlebihan.

“Aahh~ anjing! Mark keluarin!”

“Apanya? Pejunya?” tanya Mark meledek.

Pasalnya, yang dirasakan sekarang lebih lebih dari nikmat dari yang sebelumnya, penis besarnya bergesekan sama ujung sikat gigi di dalam lubang hangat dan ketat si manis, belum lagi jepitan kuat anal Kak Haechan ketika ditambah ujung sikat gigi bertambah ketat.

“Sikat giginya bangs— aahhhh~~ anjing!!”

Mark dorong pingulnya lebih keras lagi, batang sikat gigi digerakan secara memutar, menjelajahi sekitaran lubang anal Kak Haechan.

Racauan pria lebih tua itu semakin keras.

Ini gila! Remaja ini gila! Mark gila! Haechan gak pernah dibikin segila ini ketika ngentot sama orang lain.

Haechan gak pernah jadi segoblok ini, sampai matanya memutih, dan otaknya hanya berisikin bayangan kontol besar berurat Mark yang lagi rojokin lubangnya.

Haechan gak pernah se-gak berdaya ini kalau lagi ngewe, sampai kedua tangannya memegang erat besi shower di depannya, badannya semakin condong ke bawah, dan bokongnya naik ke atas, buat si remaja itu semakin kegirangan sebab kontolnya semakin masuk lebih dalam merojok lubang anal sempit itu.

Lalu Mark menyalakan shower, menggenjot lubang sempit Kak Haechan di bawah guyuran shower adalah hal yang gak pernah ada dibayangannya.

Ini begitu sempurna, tetesan air bersih membasahi dua badan polos pria yang sedang bercinta begitu hebatnya.

“Mark eunghh~~ udah... “

“Udah?”

Haechan mengangguk, bahkan mulutnya gak mampu bicara, hanya mampu keluarkan mendesah dan mengangguk- ngangguk tolol.

“Ini lubang kaka masih kedutan gini udahan gimana? Liat nih malah ngeremet kontol Mark kuat banget, Kak.”

Showernya di arahkan ke samping sama Mark, badan Haechan di geser mengikuti arah guyuran shower itu, lalu mengubah posisi dari yang berdiri, sekarang Haechan berjongsampai nempel di kaca bening, kemudian

With Husban

Leo genggam erat tangan Eci, lalu kecupi penuh sayang. “Maafin mas ya,”

“Bukan salah mas, harusnya aku yang minta maaf karena gak nepatin janji buat jaga diri.”

Memang— bukan salah Leo, sebab sebelum pergi dia sudah berkali-kali tanya, memastikan kalau si cantiknya benar-benar bisa jaga diri, jaga perasaan sampai suaminya kembali. Jawaban Eci selalu, “Yakin mas, aku yakin bisa jaga diri, dan perasaan ini sampai Mas Leo pulang.” Tapi nyatanya semua itu gagal, diri maupun perasaan, figur suster itu gagal menjaga.

Meninggalkan Eci untuk menjalankan tugas mengurus rumah sakit bersamaan menangani pasiennya selama 7 bulan bukan hal mudah, setiap hari ia dilanda kerinduan, rindu segala sentuhan dan perlakuan halusnya. Dia selalu meluangkan waktu untuk menghubungi sosok cantik pujaannya setiap jadwalnya selesai.

Pria tampan itu menarik pelan pinggang si suster untuk dibawa ke rengkuhan. Rambut sebahu disisir halus, lalu kecupi pucuk kepalanya sangat dalam.

“Mas sayang banget sama kamu, kamu tahu kan?”

Eci menganggum, tersenyum teduh, netranya terpejam merasakan hangatnya kasih sayang begitu dalam dari sang suami.

“Mas gak kangen aku?” Eci mendongak, menatap mata suaminya penuh harap.

“Kok nanya gitu? Mas kangen selalu sama kamu sayang.”

“Tapi dari pulang sampai hari ini aku di diemin aja.”

Leo mengerling, seketika langsung paham apa yang dimaksud sama si suster kesayangan.

Diangkatnya dagu Eci, Leo mendekat memangut belah bibir manisnya, rengkuhan kian mengerat, begitu pula dengan Eci yang langsung mengalungkan kedua lengan tangan ke leher suaminya. Membawa tautan bibirnya semakin dalam dan panas, hingga salah satunya keluarkan desah tanpa sengaja.

“Mnghh— “

Leo memutus pangutan, kemudian membaringkan tubuh Eci ke kasur perlahan, penuh hati-hati.

Kedua tangannya bergerak membuka deratan kancing piyama si suster, satu persatu sampai semuanya terlepas, tak menyisakan satupun.

Leo mendusalkan muka ke belahan dada besar Eci, mencium aroma khas wangi sabun mandi bercampur aroma tubuh semerbak memabukan. Memijat gundukan daging gak bertulang dengan tangan besarnya, kemudian diciumi gemas nipple berwarna ping yang sudah mengacung, lidahnya terulur menjilati, sekali-kali dia tatap figur si suster memastikan kalau kesayangannya itu nyaman dengan segala sentuhan yang ia berikan.

Eci itu bagai benda yang mudah rapuh di mata Leo, harus dijaga dan dirawat sepenuh hati, dan penuh hati-hati, tidak boleh terluka atau tergores sedikitpun.

“Kalau sakit jambak aja rambut mas, ya, sayang?”

Eci tarik sudut bibirnya membentuk bulan sabit, lalu mengangguk— meyakinkan sang suami untuk melanjutkan aktifitasnya.

Inisiatif sendiri perlahan menurunkan dalemannya, lalu kedua kakinya mengikat pinggang Leo, mempertemukan kelaminnya sama punya suaminya yang masih terbungkus celana boxer.

“Mas eungh—”

Mas Kerupuk

Setelah tenggelam dalam bekuan cukup lama si mas penjual kerupuk itu pun tersadar, lalu membalikan badan hendak meninggalkan tempat pelanggan barunya, gak peduli sama kerupuk yang belum dibayar, yang pasti dia ingin secepatnya pergi.

Tapi nahas tindakannya kalah cepat sama si empunya rumah. Echan narik mas kerupuk sekuat tenaga sampai terjatuh di sofa terdekatnya, lalu dengan cepat ia duduk di atasnya. “Mau kemana sih, mas? Cepet-cepet amat.” dua tangannya menyangga kedua pipi si mas kerupuk, lalu ia dekatkan birai bibirnya, mempertemukan sama milik mas penjual kerupuk.

Semakin ditolak maka Echan semakin semangat, gejolak rasa ingin dientot si mas kerupuk kian meningkat, ditambah badan atletis si masnya yang amat menggoda— kaos kutang lapuk warna hitam beraroma keringat juga aroma tubuhnya yang menguar, ughh.... itu tercium memabukan di hidung Echan, kaos buntung mempertontonkan lengan ototnya yang gede itu, buat Echan makin kedutan aja tuh memeknya.

Selagi bibirnya terus bergerak menyesap bibir figur lelaki penjual kerupuk itu, Echan menggerakan pinggangnya, menggesek kelaminnya ke gundukan di bawah sana yang semakin lama makin terasa keras. Lengan tangan mengalung sempurna di leher basah lelaki berkirangat asam itu. Dadanya mendusal ke dada bidang si mas kerupuk. Berkat seluruh tubuhnya terbebas dari kain, semua tindakan bejatnya terasa nikmat sampai sampai memeknya banjir total, buat celana pendek yang dikenakan sama mas kerupuk itu basah kena lendir memek pelanggan barunya.

Echan mengerling begitu merasakan memeknya tergesek tonjolan amat keras di bawah sana, itu penis si mas kerupuk! Oh wow.... masih terbungkus celana saja sudah sangat terasa menyundul memek Echan.

“Udah ngaceng nih mas,” kata Echan, di akhiri kekehan kecil.

“Mark.”

“Hah?”

“Mark, panggil saya Mark aja gak usah pake mas.”

Echan kecup sekali daun telinga figur lelaki penjual kerupuk, lalu berbisik, “Mas Mark— aahhh~” di akhiri sama jilatan sensual, buat Mas Mark secara otomatis memejam. Merasakan setruman gairah dalam tubuhnya.

Mark membalikan badan Echan, menukar posisi dari yang dia yang di bawah sekarang Echan lah yang berada di bawahnya, dia mengukung tubuh pria manis itu, lalu satu lututnya menekan memek Echan yang terasa sangat basah, kulit ketemu kulit, dengan binalnya Echan bergerak, menggesek memek banjirnya ke lutut keras si Mas Mark yang dipenuhi bulu halus.

Figur pria matang itu mengecupi leher Echan, di jilat dan di sedot sampai tinggalkan bekas kemerahan di leher si empunya. Lalu semakin turun, menemui gundukan besar di dadanya.

“Kamu lonte?”

Echan mengangguk semangat, lalu menyeringai dengan bangganya.

“Pantes.” kata Mas Mark, lalu menampar dada berisi Echan sangat keras buat si empunya memekik. Diremasnya gumpalan nenen Echan, dikecupi perlahan dan naik sampai pada ujungnya, kemudiam dihisap kuat kuat pentil berwarna ping itu yang sudah mengacung.

Si mas kerupuk terlihat sangat menikmati hidangan malamnya, begitu pun sama dengan Echan... di bawah kungkungan Mas Mark, ia semakin membenamkan selangkangannya di lutut keras Mas Mark sampai lututnya basah dan lengket kena lendir memek Echan.

Satu telapaknya menekan kepala Mas Mark, seakan meminta agar nenennya disedot lebih kuat. Dadanya semakin dibusungkan,
kepalanya mendongak ke atas, matanya terpejam, mulutnya terus nganga keluarkan desahan halus.

Sungguhan Echan gak nyesel karena sudah berperilaku layaknya lonte murahan ke penjual kerupuk ini, permainannya sangat lihai, luar biasa hebat.

Mark menggoyangkan lututnya, menyibak belahan memek benyek Echan sampai si empunya mengerang keenakan, merasakan kelentitnya tergesek lutut keras Mas Mark. Satu tangannya mengelus pinggang ramping Echan, sedang mulutnya masih bermain di dada pria manis itu. Echan meremas penis Mas Mark yang masih tertutupi celana pendeknya, menggenggam —mengagumi betapa besarnya benda keras dibalik kain berwarna hitam itu.

Secara kilat Mas Mark melepas seluruh pakaian yang menutupi badannya, Echan berbibar melihat pemandangan tubuh atletis si penjual kerupuk, dada bidang, bahu lebar, otot perut membentuk sempurna belum lagi— Echan menelan ludahnya... pemandangan di bawah perut kotak-kotak si mas kerupuk luar biasa menggoda.... sangat jantan, ukurannya gak main-main, pun seluruh mainan dildo punyanya gak ada yang lebih besar dari penis Mas Mark. Belum lagi urat-urat yang menonjol, menghiasi penis laki-laki itu.

Tangan nakal Echan menyambar penis Mas Mark, sebelum berhasil mengurut figur si penjual kerupuk lebih dulu menangkap tangan Echan, lalu dikunci dua tangan nakal itu pakai satu tangannya kemudian di bawa ke atas.

“Diem, lacur.” tegas Mas Mark, buat Echan yang sedari tadi senyum senyum menggoda kini terdiam kaku.

Begini rupanya, tegasnya suara si mas kerupuk... nyali Echan sedikit menciut. Gak pernah ada di otaknya kalau dua kata mampu buat ia membeku total seperti ini.

Nafasnya tertahan merasakan memek tembamnya ditepuk-tepuk kasar pakai penis besar Mas Mark, lubangnya dicolok pakai palkon, gak lama di tarik keluar lagi. Kelentitnya di gesek-gesek sampai banjir tapi setelah Echan terlena dalam gesekan— pinggulnya ikut bergerak mengikuti gesekan penis berurat si mas kerupuk, maka detik itu pun dia menghentikan aksinya.

Echan marah, Echan gak suka sama pemainan semena-mena figur lelaki penjual kerupuk itu, digoda sedemikian rupa tapi enggan di masukan itu menyiksa! Menyiksa bagi Echan! Echan mau marah, mau marah sama Mas Mark!! Tapi.... tapi yang keluar dari mulutnya bukan amarah melainkan “Mas~ tolong dimasukin...”

Tanpa menjawab, Mas Mark mengocok batangnya, lalu memasukan seluruh batang berurat itu ke lubang becek Echan yang sempit. Si empunya mengaduh kesakitan, biarpun memeknya sudah sangat becek tapi lubang Echan masih belum diapa-apain! Harusnya... harusnya Mas Mark memasukan perlahan bukan malah mencebloskan semua batangnya!

“Mas ughh~ pelan pel— aahhh~~!”

“Banyak mau banget, lonte.”

Mark tarik satu kaki Echan, lalu ditaruh di atas bahu lebarnya, buat penisnya di bawah sana makin tenggelam lebih dalam ke lubang lacur si pelanggan barunya.

Kakak beradik

Sewaktu masih tinggal satu rumah, Mark pernah mandi bareng sama Haechan. Dalam keadaan terdesak, lalu ibu menyuruh kakak beradik itu mandi bersama untuk menyingkat waktu. Dan setelah itu Mark lihat kakaknya jadi beda, setiap kali di dekatnya menjadi canggung, degupan jantungnya tak seperti biasa.

Mark kagum sama badan sempurna Kak Haechan.

Mark suka sama badan berisi Kak Haechan.

Mark sange tiap kali otaknya terbayang badan polos Kak Haechan.

Mark — Mark — Mark menginginkan Kak Haechan!

Kak Haechan Kak Haechan dan Kak Haechan selalu ada di pikiran joroknya.

Tapi sekarang.... saat ini.... detik ini.... Kak Haechan berperilaku seperti lacur!!

Kak Haechan bersikap seperti apa yang selalu ada dibenak Mark!

Kak Haechan yang selalu ada dalam bayangan otak jorok Mark itu nyata! Nyata! Benar adanya! Mark gak lagi mimpi ataupun halusinasi! Ini nyata! Sungguh nyata!

Mark masih membeku — bergulat sama pikirannya sendiri, setelah membaca deretan pesan dari kakak kandungnya. Mark masih gak percaya kalau hal ini betulan terjadi.

Persekian detik ia melempar ponselnya, berlari ke luar kamar menuju kamar kakaknya. Persetan dengan semuanya, sekarang yang ia butuhkan hanyalah lubang Kak Haecan untuk mengangatkan penisnya yang masih setia berdiri. Persetan dengan fakta bahwa kakaknya—

“Heh lari lari ngejar apa sih?!”

“Eh bu.... Itu aku disuruh Kak Haechan bantuin—” “Ya udah ya udah sana bantuin, ini ibu tinggal ke supermarket dulu ya, bilangin sama kakakmu,”

Mark ngangguk patuh, kemudian ibu pergi. Tuhan rupayanya mengizinkan kakak beradik bermain perbuatan tak beradab itu dengan bebas, tanpa gangguan dan tanpa takut ketahuan ibu.

“Kak!”

“Lama banget sih! Eh— kunci pintu kamar.”

“Gak perlu, ibu pergi, barusan papasan sama aku.”

“Oh... ya udah, cepet sini.”

“Sabar kak, ya ampun— aahhh~ Kak Haechan!”

“Keras banget kontol kamu,”

Tangan Haechan tanpa aba-aba meremas penis Mark dari luar celana.

Jujur saja ini pertama kali kelaminnya disentuh orang lain, selain dirinya sendiri. Mark itu anak baik, polos, culun dengan kaca mata tebal, semasa remajanya gak pernah pacaran, seperti gak punya ketertarikan untuk menjalin kasih, bahkan sampai saat ini. Tapi bukan berarti gak pernah melakukan hal tak senonoh, seperti mastrubasi.... sering kok. Tapi bayangan yang selalu ada di otaknya ketika sedang coli itu kakaknya, fantasi liar Mark selalu badan berisi Kak Haechan. Mark megagumi Kak Haechan—Mark menganggumi semua inci badan Kak Haechan. Mark selalu kebayang akan kesempurnaan badan kakaknya.

Menurutnya, semua orang yang pernah ia temui dan kenali gak ada yang sesempurna kakaknya, gak ada yang menandingi badan Kak Haechan. Pun dari banyaknya film porno yang pernah Mark tonton, gak ada satupun yang lebih indah dari badan kakaknya.

“Kak— pelan pelan ngmhhh~~ aahhh anjing! Kak Haechan!”

“Kakak gak tau kamu punya kontol gede tebel berurat gini Mark, ughh... tau gitu udah kakak ajak ngentot dari dulu,”

Kak Haechan mulutnya kaya gak pernah di sekolahin!

Kak Haechan sekarang kaya binatang yang lagi birahi, mengulum penis besar Mark, menyodok tenggorokannya pakai penis adiknya itu tanpa rasa jijik, malahan mimik wajahnya penuh nafsu.

Figur pria berstatus kakak itu menggenggam erat penis adiknya, menjilati seluruh batangnya, lalu lidahnya berputar di atas lubang kencing sang empunya menggelinjang hebat. Netra elang pria muda berzodiak leo itu memejam, mukanya diangkat ke atas memperlihatkan leher jenjang yang tercetak jelas garis garis uratnya.

“Kak udah mnhhh— kaka nghhh aahh~!! Aku mau keluar!”

“Keluarin aja,”

Udah gila! Kak Haechan gila! Keluarin aja gimana? Keluar di mulutnya...? Maninya udah mau keluar tapi kakaknya itu gak mau ngelepas kontolnya dari lilitan lidahnya, gak berhenti mainin lidahnya, jilatan jilatan laknat yang bikin Mark hilang kewarasan.

“Keluarin di dalam, nanti kakak telen,”

Anjing! Kak Haechan....?? Kak Haechan bangsat! Mulutnya seenaknya aja kalau ngomong, nanti kalau beneran keluar di dalam mulut—

“Anghhh~! Fuck~! Enak aahh enak banget! Bangsat enak banget! Mulut kakak anget!!”

Haechan tarik pinggul Mark, melosokan penis besar adiknya itu menyodok tenggorokan lebih dalam, sampai pangkal, sampai terasa kulit perut bawah Mark menyentuh hidung kakaknya, rambut-rambut halus kelaminnya menghiasi bibir plumpy Kak Haechan.

Mark menggeram rendah.

Lalu ketika Haechan merasa butuh oksigen lebih, dia mendorong adiknya, tapi malah Mark tahan, Haechan memukul perut adiknya, tapi diabaikan.

Mark dengan berani mendorong kepala sang kakak, memaksa memasukan lebih dalam lagi dan lagi penis tegangnya, ia benamkan di dalam hangatnya mulut Haechan, kemudian ia tahan kepala yang lebih tua cukup lama, sampai muka Kak Haechan memerah, nampak air mata yang tergenang di pelupuknya, pun gak berhenti tersedak sebab rojokan penis berurat adiknya. Lalu Mark menyemburkan cairan putihnya di dalam mulut kakaknya.

“Mark—!”

“Telen kak!” kata sang adik sambil menarik keluar penisnya dari mulut sang kakak.

Mark menepuk nepuk kepala penis di bibir kakaknya, meneteskan sisa sperma di atas birai lembut Kak Haechan.

Haechan manut, dia telan cairan putih Mark sebisanya, sisanya keluar dengan sendiri, meluber lewat sela bibirnya.

Mencuri kesempatan selagi sang kakak memasok oksigen sebanyak-banyaknya, Mark melucuti kain lembut yang menutupi badan Kak Haechan.

Haechan dengan binalnya langsung nungging di hadapan Mark. “Longgarin dulu pakai jari, bisa gak kamu?”

Mark memang gak pernah seks, Haechan tahu kalau adiknya itu anak polos yang jauh dari seks bebas. Tapi bukan berarti ia gak tahu apapun mengenai permainan orang dewasa. Mark tahu, Mark bisa, Mark jago walau hanya bermodalkan dari menonton film porno.

Koleksi film porno yang Mark simpan rapi di laptopnya itu banyak, berbagai macam genre ada, jangan salah!

Ya, Mark yakin ia sudah handal dalam hal ini.

Cuh! Mark meludah cukup banyak tepat di atas bokong telanjang kakaknya, lalu liurnya di seret pakai jari tengah menuju lubang senggama sang kakak. Tanpa menunggu lama, jari itu masuk anal Kak Haechan yang masih rapat.

“Masa gini aja gak bisa, kak!”

Haechan salah, adiknya betulan mahir! Sekarang dia lah yang kewalahan lubang analnya dirusak sama jari jari adiknya sendiri.

Satu tangan yang terbebas menyentuh bibir Haechan, lalu menerobos masuk ke dalam mulut hangatnya. Gak sampai dua menit, Mark cabut jari telunjuk dan jari tengah di dalam mulut sang kakak, ia tersenyum licik melihat dua jarinya basah terselimuti sama liur kakaknya dan sisa spermanya sendiri.

Dua jari itu ikut bergabung masuk ke dalam lubang kakaknya, Haechan tersentak. Lubangnya terasa sangat penuh.

“Mark aahhh~ keluarin! sak— nghhmh~~!! Aahh~ sakit!!”

“Yaelah baru jari kak yang masuk, belum juga kontolku loh,”

Iya memang! Tapi lihat dong bangsat jari yang masuk ada berapa! Haechan hanya bisa protes dari lubuk hati, gak mampu protes langsung, mulutnya sibuk mengerang merasakan analnya terasa perih dan enak disaat yang bersamaan.

Seiring tiga jarinya yang terus bergerak berlawanan, merojok lubang anal Kak Haechan, Mark dekatkan wajahnya, lalu kecupi bokong berisi sang kakak yang tertampang jelas di depan muka. Kemudiannkecupan kecupan itu berubah menjadi jilatan panas. Lidah Mark bergerak agresif, menjilat kian mendalam menemui tiga jarinya yang masih aktif ngobrak-abrik lubang anal figur yang lebih tua.

“Mnhhh~ becek banget kak,”

Pria manis dengan body apik itu mencengkram kain sprei kian mengerat, dia semakin tinggikan bokongnya, mempermudah sang adik mengerjai lubangnya.

Satu tangan sang adik berpindah mengerjai penis kakaknya yang tergantung bebas, Mark lumuri pakai cairan bening yang keluar dari penis Haechan, lalu ia kocok penis berukuran sedang itu bersamaan dengan kocokan brutal dua jari di analnya.

“Anghhh~ Mark! Enak aaahhh~~! Enak en— enak bangett fuck Mark Lee iya kaya gitu Mark ahhh~!!”

“Gini?”

Haechan ngangguk berkali-kali, “Aahhh mnhhh~ iya iya kaya gitu...”

Mark semakin mempercepat kocokan jari pada lubang anal Haechan yang sudah sangat licin, sampai keluarkan bunyi clok clok clokk sangat nyaring, suaranya bersahutan sama desahan kakaknya yang gak kalah kenceng.

“Nghhh~! Mau kel— aahhh~~!! Mark kakak mau keluar mnhh~!!”

Penisnya digenggam erat sama Mark, jemari jempol besar Mark menari kecil di atas lubang kencingnya, lalu menahan, menutup akses kakaknya itu untuk bucat. Pun rojokan dua jarinya berhenti.

Detik selanjutnya Haechan mengerang frustasi, dia merapatkan kedua paha, menjepit tangan adiknya yang masih bersemayam di selangkangannya, kemudian menggesek tangan besar itu, pantatnya bergoyang mencari fubrik enak dari gesekan tubuhnya ke tangan besar adiknya.

Mark bebasin lubang Haechan dari jarinya, lalu tangan yang bebas menampar dua kali bokong berisi kakaknya sampai kelaurkan suara Plak plak sangat nyaring, buat si empunya memekik. Kemudian pria muda berstatus adik itu mengocok penisnya, selang gak lama dimasukan ke lubang anal Kak Haechan yang becek banget itu.

Haechan melengguh hebat, badannya melentik merasakan lubangnya disumpel penuh sama benda besar berurat milik adiknya.

“Ini kan yang kakak mau?”

“Gerakin angh~! gerakin Mark, lubang kakak udah gatel!”

“Gerakin sendiri,” jawab sang adik, masih mendiamkan penisnya di dalam anal kakaknya. Dua tangannya sibuk meremas gemas bokong semok di depannya, sekali-kali Mark tampar sampai tinggalkan bekas kemerahan.

Lalu tanpa rasa malu, Haechan bergerak, memaju mundurkan bokong, menggaruk dinding lubangnya yang terasa gatal, semakin lama terkena gesekan penis Mark maka disana rasanya akan semakin gatal. Sekuat tenaga Haechan bergerak, menggenjot kontol adiknya itu kian menggila, menjemput kepuasan yang tak kunjung datang.

Mark terkekeh kecil, “Kakak kaya bintang film porno yang sering aku tonton tau gak?”

Figur yang lebih tua ngangguk tolol, mengiyakan perkataan tak senonoh adiknya.

Mark ngambil alih, ia cengkram dua bongkahan kenyal Kak Haechan lalu pinggulnya bergerak menggenjot kontolnya di liang kawin sang kakak sangat kencang, sampai keluarkan suara tamparan antar kulit bokong semok kakaknya tabrakan sama perutnya sendiri.

Haechan mendongak, merakan nikmat luar biasa, dinding anal yang terasa gatal kegesek terus menerus sama penis adiknya, cengkraman kain sprei mengerat, kedua belah bibir terbuka sambil keluarkan lidah, dagunya basah kena liurnya sendiri, pun desahannya sangat kencang.

Haechan kacau.

“Enak gak kontol adikmu ini, Kak?”

Pertanyaan Mark cuma dapat anggukan goblok dari sang kakak.

Plak plak “Nghhh~ aaahhh~~!!” Haechan kembali memekik.

“Jawab lacur! Punya mulut dipake ngomong, jangan cuma desah doang!”

“Enak gak?!”

“Aahh~~ enak en— enak nghh~~! Mark!”

“Kak jadi lacurnya aku aja mau? Nanti aku sodok terus lubang kakak kaya gini, aku pejuin lubang kakak sama peju aku sampe penuh, mau?”

Lagi lagi Haechan ngangguk goblok, ngangguk berkali-kali meng–iyakan pertanyaan gak beradab dari yang lebih muda.

Kak Haechan udah tolol di kontolin sama Mark.

Mark semakin membabi buta, merojok lubang anal sang kakak semakin gila sampai sampai si empunya melenting, bokongnya semakin di tarik ke atas, terbenam pada kulit perut sang adik, suaranya kian lantang mengisi bertentangan sama suara jorok hasil permainan nan tabrakan antar kulit ketemu kulit yang mengisi kekosongan kamarnya.

“Mark ahh~ ahhh~!! Udah udah kakak mau keluar— aaahhhhh~~!!!”

Mark tak kunjung membebaskan sampai akhirnya Haechan sampai pada puncaknya lebih dulu, menyemburkan maninya mengotori sprei kasur.

Lemas, akibat pelepasan yang begitu hebat. Badannya ambruk, penis adiknya terlepas dari lubangnya yang becek.

“Mark udah dulu kakak lemes...”

“Gak peduli aku belum keluar.”

Badan Haechan digulingkan menjadi terlentang, lalu pahanya di lebarkan, dua kakinya ditekuk dan ditahan sama lengan tangan Mark. Ia menerobos masuk, kemudian menggenjot lagi penisnya di sana, gak peduli sama suara kakaknya yang terus memekik keras, meminta ampun minta di lepaskan.

“Bentar lagi nanggung.”

“Mark aahhh~ udah udahh~~!”

“Aku keluarin di dalem kak.”

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan sebab detik berikutnya Haechan merasakan lubang analnya menghangat, bertembah penuh dan sangat becek.

“Kalau kamu hamil gimana, kak? Aku keluarnya banyak banget lho, lihat sampe melebur keluar.”

“Kakak cowok Mark.”

Mark tertawa nyaring, ia merasa terhibur atas pertanyaan konyolnya barusan. Sedang Haechan terkapar lemah, netranya terpejam, mukanya berantakan belum lagi analnya lebih berantakan.

Lelaki lebih muda tiga tahun itu mencolek spermanya sendiri pakai jarinya, kemudian dioleskan ke ranum binar Haechan. “Biar makin seksi dan lembab.” katanya.

Permainan bersama adiknya cukup hebat, Haechan kagum sama tenaga Mark yang kuat gak seperti yang dia ketahui. Haechan melihat adiknya cukup polos yang gak paham tentang seks, tapi rupanya ia salah dalam melihat. Adiknya sudah besar, gak seperti penilaiannya selama ini. Eh.... eh..... apa ini.... “Mark kamu ngapain?”

Haechan membuka netra indahnya, mengintip ke bawah, melihat adiknya itu mencoba masukin penisnya lagi ke lubang anal kakaknya.

“Mau lagi,” jawabnya sangat ringan tanpa melihat raut wajah kakaknya yang terkejut.

“Gak mau, kakak cape,”

Mark abaikan jawaban kakaknya, sedetik kemudian udah masuk saja penisnya, tanpa menunggu lama ia langsung bergerak, merojok lubang anal Kak Haechan.

“Ngh— gak! Mark aaahhh~~! nggak mau kakak capek Mar— aahhhh!! Mark Lee!”

“Haechan Lee diam! Aku yang kerja, kamu cukup ngangkang aja yang lebar kak, biar kontolku gampang genjot lubang kakak.”

“Haechan adikmu kemana kok gak ada di kamarnya...”

“Anjing, kak! Itu suara ibu!”

.........

Si mas kenek gak kaget begitu sampai, di hadapkan pemandangan Dongyuck duduk di lantai, bersandar pada sofa, televisi menyala— malah terlihat televisi itu yang nonton si empunya lagi ngeracau gak jelas, dan di atas maja berhamburan bekas snack serta botol alkohol yang gak terhitung jumlahnya.

Dek manisnya itu akan jadi begini kalau lagi ada sesuatu yang ganggu pikirannya— akan di lampiaskan dengan minuman keras. Mark tahu itu.

“Dek...” sapa Mas Mark, sambil buka sepatu.

“Mass!” Donghyuck bergegas bangkit, walau sempoyongan dia gak nyerah buat gapai si mas kenek kesayangannya.

“Mas lepas sepatu dulu, udah ntar mas yang kesitu,”

Gak peduli, Hyuck tetap nekat dengan pendiriannya.

“Mass~!” Dada Mas Mark dipukul berkali-kali, menandakan kalau yang bikin dek manisnya seperti ini rupanya dia sendiri.

“Kali ini mas salah apa, dek?”

“Cewe jelek! Hati jelek kaki lima!!”

Mark genggam kedua tangan si cantik, di bawa mendekat lalu di kecup lama sampai luluh. Kemudian direngkuh pinggang ramping figur model cantik itu sangat erat. Satu tangan mas kenek berpindah, menepuk birainya halus.

“Kenapa sayang? Ada masalah?”

“Bulan warna biru??”

“Iya dek,”

“Ayam telor lima!!” Lima jari ditunjukan di depan muka mas kenek.

“Cewe miskin makan apa? Makan ayam lipat?? Ayam pahit, telor pahit, cewe pahit, hati pahit... hat—hati sakit...!!”

“Hati siapa yang sakit, sayang?”

Lalu Donghyuck menepuk dadanya sendiri. “Hati adek sakit, kenapa emang? Siapa yang nyakiti?”

“Mas Mark! Mas Mark jahat!!”

Si kenek kopaja itu mengerutkan dahi, “Mas ngapain emang?”

“Gak suka... Mas Mark jalan sama cewe jelek! Aku boleh marah kan— hiks” Dongyuck menangis. “Aku gak suka mas jalan sama cewe lain! Aku gak suka, aku mau marah tap—tapi mas nanti marah...?!”

“Mas gak marah, dek. Boleh kok marah kalau mas jalan sama cewek lain... tapi kan ini mas gak jalan sama siapun dek,”

“Mas jalan sam—sama cewe miskin...” Mukanya merah, pipinya basah air mata.

Mark semakin rengkuh erat tubuh elok si manis, menghapus jejak air mata yang tersisa di pipi halusnya.

“Mau pangku!”

Lho, tiba-tiba.... Mark gak kuasa menahan senyumnya. Lucu sekali pacarnya ini, habis meracau, menangis, sekarang minta di pangku. Dengan senang hati si mas turuti.

“Oke, ayo kita ke sofa,” Badan Dek Hyuck dibawa ke gendongannya, kemudian di dudukan di atas pahanya.

“Mas bonceng motor butut cewe jelek pakai baju!!”

Ah...racaunya belum tuntas rupanya.

“Mas bawa motor butut cewek jelek pakai baju sekolah SMA jelek.~! Aku gak sukaa!!”

Mas kenek kopaja itu tampak berpikir, memutar memori, mengingat kejadian yang ada motor butut, cewe, SMA.”

“Ya ampun dek, itu mas dimintai tolong anterin anaknya Pak Hendra, Pak Hendra inget gak? Pak supir kopaja?”

“Supir kopaja aaaa supir kopaja buncit jelek bau amis!!”

“Kamu cemburu?” Lalu Dek manisnya itu mengangguk lucu, Mark terkekeh lucunya.

“Gak perlu cemburu, kan mas sukanya cuma sama adek. Yang kemaren itu mas cuma bantu nganter ke sekolah, habis itu balik lagi lho, udah, selesai.”

“Aaaaa mas jelek! Supir kopaja jelekk! Cewe jelekk!!” Racau si model semakin menjadi, bahkan badannya berguncang kesana kesini timbulkan gesekan antar bokong semok dan milik Mas Mark.

“Dek, ugh—diem sayang, jangan gerak-gerak.”

Donghyuck mana peduli, ditambah lagi pengaruh alkohol... makin jadi deh tuh.

Prolog

Milano Imanuel adalah remaja SMA korban bully. Dua tahun silam ia mencari ilmu bersamaan melawan rasa takut akibat bullyian dari para siswa sekolahnya yang hampir setiap hari ia terima. Hari ini Milan merasa cukup lelah dengan semuanya, maka sepulang sekolah mengasingkan diri di taman yang jauh dari sekolah serta rumahnya. Netranya terpejam, meringkuk–menenggelamkan wajah, mengistirahatkan diri.

“Hey,” Remaja itu mengangkat wajahnya. Menatap bingung begitu menemukan figur pria dengan setelan jas putih menggantung pada bahunya. Dia dokter? gumam Milan dalam hati.

“Kamu kenapa?” Tanya si pria asing.

“Capek.”

“Boleh saya duduk?”

Tanpa keluarkan suara, Milan menggeser–mempersilahkan pria itu duduk di sampingnya.

“Tapi kamu ganteng kok,” kata figur dokter seusai remaja SMA itu menceritakan semua yang ia alami.

Milan membuang muka ke sembarang arah ; malu... ganteng, katanya.

“Hari ini kamu free?” Milan mengangguk. “Ayo ikut saya, mau?”

“Kemana?”

“Di dekat sini ada klinik punya saya, salah satu perawatannya ada perawatan spesialis kulit,”

“Dokternya galak gak?” Nah ini, Milan takut sekali sama orang galak, sumber ketakutan itu dari orang tuanya. Setiap kali mendengar suara keras, atau bentakan Milano akan merasa kehilangan diri. Entah sampai kapan ia dihantui ketakutan itu. Milan gak berani ke tempat baru yang ramai, takut bertemu manusia galak. Milano punya masa lalu yang buruk, Milano punya masalah keluarga yang buruk.

“Enggak kok, dokternya baik.”

“Nama dokternya siapa?” Tanya Milan hati hati.

“Ethan,” figur dokter menyodorkan tangan, sedang si remaja mematung, menatap tangan dokter yang setia tersodor di depannya. “ Nama saya Ethan, saya dokter yang nangani permasalahan kulit, nanti kamu jadi pasien saya.”

“Milan.” Remaja itu menjabat tangan si dokter.

Setelah selesai shift, Eci mengemas barang-barang miliknya, mengganti seragam suster menjadi pakaian biasa tapi tetap terlihat rapi. Gak lupa pakai barang pemberian bocah nakal yang sudah tiga bulan ini menganggu hidupnya. Tentu saja berkat bantuan aplikasi youtube, Eci mana paham barang begituan.

Sejauh ini gak ada rasa apapun, hanya terganggu dan merasa sedikit gak nyaman, benda bernama vibrator itu gak bergerak atau memberikan efek, sekedar menyumpal lubang kelamin saja.

Sekarang Eci sudah di depan rumah Marka, si suster menarik napas cukup dalam. Seharusnya rasa khawatir berlebihan ini gak perlu datang kan....? ya, memang apa yang perlu dikhawatirkan? Semuanya sudah jelas, kalau suster menaati tindakan remaja mesum itu, semua akan aman. Toh selama ini Marka gak pernah main kekerasan, mencelakai, atau melukai dengan benda tajam, hanya saja kadang permainan seksnya cukup brutal, bikin Sus Eci kesulitan berjalan. Tapi entah kenapa kali ini rasa khawatir dan takut menggerogoti dirinya cukup besar, detak jantung berpacu lebih cepat, firasatnya sungguh tak enak.

Eci menggeleng kuat berusaha meyakinkan dirinya ; semua akan berjalan seperti hari hari yang lalu. Tombol angka password di pintu rumah di hadapannya ia pencet, lalu tungkainya memasuki rumah mewah, mengabaikan firasat gak enak yang masih melingkupi dirinya.

Baru beberapa langkah Eci tersentak, merasakan sesutu begetar.... ya, itu vibrator! Benda kecil nan sedikit panjang yang saat ini menyumpal lubang memeknya!!

Marka tahu kalau si suster sudah memasuki rumahnya, maka sex toy yang menyumpal memek Eci diaktifkan—dikendalikan lewat ponsel dari kamarnya. Vibrator itu sudah terhubung melalui bluetooth ponsel genggam Marka, sebetulnya bisa dia mainkan kapan saja ; dari jarak jauh bisa, bahkan dari luar kota sekalipun bisa, tapi bocah itu masih punya pikiran.... kalau diaktifkan dari jauh si suster cantik akan kesulitan datang ke rumah.

Sus Eci susah payah menaiki anak tangga hendak menuju kamar si remaja, yang berada di lantai dua. Baru tiga langkah Eci kembali tersentak, benda itu bergerak semakin kencang, merojok memeknya semakin dalam. Eci rapatkan kaki, berusaha menahan gejolak yang membuncah. Selang beberapa detik getaran benda itu menurun, si suster bernapas lega, kembali berjalan menaiki anak tangga, sampai pertengahan tangga getaran vibrator itu naik lagi, kali ini berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya bikin si empunya gak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju kamar bocah nakal itu. Kedua tangannya meremas kuat besi yang terpasang pada sisi tangga, dua belah paha semakin merapat, tubuhnya meringkuk, digigit ranum lembutnya cukup kuat guna menahan suara laknat yang maksa keluar.

Dengan sekuat tenaga Eci melanjutkan lagi, bersusah payah—bertitah lewati anak tangga. Huh! Awas ya Marka! Sus Eci bernapas lega, setelah melewati anak tangga itu, kini saatnya menggedor pintu kamar Marka dan memarahinya sebab sudah membuat tersiksa sebegitunya.

Eci raih gagang pintu kamar Marka, bocah itu pasti lagi santai sambil nunggu suster datang, tapi salah.... si cantik berzodiak gemini itu membeku, mendapati kamar besar itu gak hanya ada Marka, ada dua remaja lainnya! Si kembar, Jeffrian dan Jaffrian. Mereka lagi sibuk sama penisnya masing-masing, tiga bocah berandalan itu lagi coli! Jaffri beridiri di depan kaca lemari baju, dan dua remaja saling berhadapan, berada di atas tempat tidur dengan ponsel di tengah-tengah mereka. Ketiganya menatap Eci lapar.

Eci balik badan, hendak tinggalkan kamar itu tapi baru saja satu langkah badannya tersentak lagi, getaran benda sialan yang nyumpel memeknya bergetar amat kencang, sangat kasar, menghantam dinding kelaminnya. “Mark—nghh~~ aaahh!” Eci udah gak tahan lagi, sepertinya kelaminnya pun sudah becek.

“Guys makanan kita datang!!” Salah satu remaja berseru ria.

Marka menuruni ranjang, jemput Sus Eci di depan pintu, nampak sudah gak kuat, ia tergeletak di lantai, si remaja berbisik tepat di telinga. “Udah becek belum?” Pertanyaan itu mendapat decakan dari si suster.

“Marka aaahh~~! Fuck nghh~!! Turunin!”

“Apanya? Celana suster?” Jawab Marka.

Suster semakin geram, “Sex toy kamu, brengsek! Ini terlalu kenceng!!” Sia sia emosinya hanya ditanggapi gelak tawa dari ketiganya.

Eci pening! Satu remaja saja hampir dibikin pingsan... sekarang ada tiga?!

“Tuh, yang ngendaliin jepri, coba mohon sama dia.” Kata Marka, matanya micing ke arah Jeffri yang lagi megang ponselnya.

Jaffrian bergabung bersama Marka, memutari si suster yang sudah lemas, leher jenjang si cantik lagi dikecupi sama Marka dari belakang, pun pinggang rampingnya didekap erat tangan besar Marka.

Si kembar Jeffri melucuti pakaian suster, satu persatu dibuka sampai tak tersisa. Pria muda yang punya netra bulan sabit melebar ngelihat pemandangan indah, jari jari besar yang melingkupi kelaminnya semakin kuat meremat benda berurat itu, semakin kencang mengurut penisnya, dengan mulut tersumpal lolipop bulat berwarna merah. Bertambah semangat seiring melihat nenen besar si suster lagi kenyot kenyot nan dimainkan sama kembarannya. Gak lama dia hampiri objek yang buat nafsunya kian meningkat, kontol besarnya dikocok sampai spermanya nyembur, sengaja di arahkan ke paha dalam si suster, di peper peperin ke kulit paha mulusnya, Jeffrian melenguh nikmat. “Fuck! Enak banget nge crott di paha suster cantik bertetek gede!” Ucap Jeffri barengan tangan besarnya meremas gemas nenen suster.

Jaffri sibuk nenggelamin muka di nenen besar Sus Eci, menghirup harumnya belahan dada sekal suster, sekali kali dikecup napsu, sedang si Marka masih setia kecupi leher jenjang Sus Eci ngasih tanda merah keunguan disana.

Salah satu remaja mencabut vibrator yang sedari tadi menyumpal lubang memek si cantik, banjir! Becek, bahkan mainan seks itu basah sama lendir lengket Suster Eci. Sus Eci bernapas lega, tapi seperkiandetik kembali tersentak, “Aaahh~~!” Lolipop bulat Jaffri ditempelkan sama belahan memek Eci, digesek gesek dari bawah ke atas, ketika sampai di kelentit si cantik ditekan keras sampai si empunya melengguh.

Permen bekas memek si suster di masukan lagi ke dalam mulutnya, Jaffrian ganti permen lolipop merah itu sama kontolnya.

“Nghhh~~! Please pelan pelan...” Itu penis besar Jaffri, bocah itu masukin kontol tegangnya tanpa aba-aba, dan langsung ngegenjot memek suster dengan kecepatan penuh. Emang gila remaja satu ini.

Salah besar Eci minta pelan ke Jeffrian, remaja satu ini gak kenal sama yang namanya pelan semua yang dia lakukan penuh keburu-buruan, kata kata andalan dia itu lebih cepat lebih baik. Racaunannya serta rengekan jelas gak di dengar sama cowok gila bermata bulan sabit.

“Anjing kok lu udah duluan nyet!” Jaffri gak peduli sama protesan Marka, lagi enak enaknya ngenjot memek Eci, netranya terpejam nikmati rapetnya memek Sus Eci padahal habis dicolok sex toy, sama dimainin sama permen lolipop bekas mulutmya, sampai sampai gak sadar kalau obyeknya dibopong Marka dan kembarannya menuju tempat tidur.

“Bangsat lagi enak-enaknya!” Jaffria membuang permen, kemudian nyusulin.

Jaffrian nyusulin mereka bertiga, depan belakang Suster Eci terisi oleh teman dan kembarannya—Marka dari depan lagi genjot memek suster, lengan tangannya mendekap erat pinggang ramping si manis. Di belakang ada Jeffri yang lagi berusaha masukin penis beruratnya ke dalam lubang memek becek Eci yang udah terisi sama penis besar si tuan rumah.

“Gak jangan! Jeff ga aaahh—gak muat jangan dipaksa, sakit!”

“Masukin aja, tolol! Lu ngapa dengerin dia sih?!” Sarkas Marka begitu mendapati Jeffri yang nampak nyerah, padahal sebentar lagi masuk. Jeffri memang masih punya sedikit perasaan, beda sama Marka dan Jaffri, jangankan perasaan, akal sehat aja nampaknya gak punya.

Marka semakin dekap erat pinggang suster, kedua tangannya lebarkan bokong semok Sus Eci supaya kontol Jeffri bisa masuk dengan mudah. Gak peduli sama si suster yang berontak, merengek, menggeleng kuat—menolak mentah-mentah lubang beceknya dimasuki punya Jeffri, pasalnya penis Marka sudah bersarang di dalam lebih dari cukup memenuhi memeknya. Apa gak semakin penuh kalau ditambah penis Jeffri yang ukurannya gak jauh beda sama bocah nakal satunya.

Ya memang siapa sih yang mau lubang memeknya dicoblos dua kontol gede berurat sekaligus?!

“Please engga! Jangan jeffri sakit jangan dimasukin!!” Heboh, si suster benar-benar menolak. Dua tangannya mukul mukul dada Marka, badannya terus bergerak malah buat kontol si remaja yang duduk di bawahnya semakin masuk nusuk lubang memek Eci kian mendalam.

Jaffrian datang langsung genggam erat pergelangan tangan si suster, lalu dibawa ke atas, mengikatnya pakai dasi yang diambil dari laci Marka.

Eci semakin bergerak berontak, yang malah bikin Marka keenakan, kontol tegangnya berasa lagi dipijet di dalam sana. Gerakan tolakan suster Eci kian kencang malah seakan lagi bergerak genjot kontol Marka.

“Anjing! Dari tadi kek lu!”

“Apaan sih! Gak ya, Marka kamu gak ada bilang ka—ahnghh...!!” ucapanya gak jelas sebab mulutnya disumpel sama kontol Jaffri.

“Bacot banget, makan nih kontol gue.” Jaffrian remat kedua pipi Sus Eci, menjepit penisnya di dalam mulut kecil si suster bersamaan mendorong masuk.

Jeffri mengerang nikmat setelah kontol besar beruratnya berhasil masuk ke dalam memek Eci, bergabung sama punya Marka. “Anghh~ anjing jepit banget memeknya!”

Eci gak bisa berbuat apapaun selain berteriak dalam hati, menangis pilu—pipinya basah, netra cantiknya memerah, semua terasa menyakitkan. Bagian selatnya bak terbelah jadi dua, Sus Eci gak sanggup nerima smulasi berlebihan seperti ini. Mulutnya dirusak kasar sama Jaffri, sedang kelaminnya ditusuk dua penis besar sekaligus. Dua benda berurat itu saling bergesek di dalam sana, menyentak titiknya secara bergantian.

“Fuck enak banget, kontol Japri gesekan sama kontol gue di dalem!”

“Bangsat mulutnya kecil banget ahh~!”

Remaja nakal berbadan paling bongsor remes nenen si suster dari belakang, genjotannya semakin menggila, Marka yang gak effort keluarin tenaga saja ikut terguncang hebat.

Jaffri genggam sejumput rambut Sus Eci, lalu dia dorong kepala si cantik mendekat sampai wajah manisnya menabrak perut kotak kotak remaja ganas itu. Kemudian mendorong pinggulnya supaya kontol tegangnya semakin masuk ke dalam mulut si suster, di diamkan cukup lama. Gak peduli sama Eci yang terus menerus tersedak, air matanye semakin meleleh basahi pipi kian menderas, dagunya basah liurnya sendiri.

Tangannya terasa pegal sebab masih berada di atas, digenggam kuat sama tangan Jaffri. ketika merasa nafasnya hampir habis ia pukul keras perut bocah nakal itu pakai dahinya, sampai bocah itu sadar dan melepaskan setelah semburan sperma masuk ke dalam tenggorokannya.

“Telen.”

Mau gak mau Eci telan, mau dimuntahin pun gak mungkin, dagunya diangkat ke atas, bibir plumpnya ditepuk tepuk keras sama kontol Jaffri, menuntaskan sisa lelehan sperma di sana.

“Anjing Mar, gue mau bucat!”

“Anjing gue juga! Barengan Jep.”

Kedua remaja itu keluarkan cairan putihnya di dalam memek si suster. Jeffri melepas penisnya lebih dulu kemudian mengubah posisi jadi berdiri, menyembur sisa spermanya di atas nenen besar Eci yang lagi dijilati sama kembarannya. “Goblok ini kena muka gue Jepri!” sarka Jaffri gak terima, kegiatannya lagi lagi terganggu.

“Marka aahhh~ sakit!!”

“Sakit sakit mulu anjing, ini memek lo udah lower abis disodok dua kontol!” Bocah nakal satu itu tanpa melepas tautan, mendorong Sus Eci tengkurep, kakinya ditekuk sampai jadi nungging.

Jeffri raih kesempatan, memposisikan badannya di bawah Sus Eci, lidahnya lincah jilati puting si suster cantik yang menggantung bebas.

Sedang si kembar satunya mengambil kamera, mengabadikan momen indah kegiatan kotor, sambil ngocok kontolnya sendiri.

Lobby

Setelah kegiatan selesai dan berpamitan, Mas Mark segera menarik paksa tangan Donghyuck menyeret si manis menuju tempat mobilnya terparkir lalu mendudukan pada kursi penumpang bagian belakang.

Si cantik tentu senang, senyum liciknya terus hiasi belah ranum. Memang niat dia membuat si mas kenek kesayangannya membara, dengan akal bulus menyentuh berlebihan rekan kerja yang menjadi pasangan pemotretan akan dijadikan majalah yang akan launching akhir tahun ini.

Senyumnya semakin merekah melihat gelagat marah si Mas Mark, mukanya merah padam seperti ada sumbu yang nemempel di pelipisnya. Dia membanting pintu setelah mendudukan bokongnya di sebelah si model.

“Nungging!” Pintanya penuh amarah.

Senyum si model memudar, sedikit takut mendengar suara galaknya barusan. Namun tetap ia turuti permintaan pria leo itu.

Rok span yang Hyuck kenakan ditarik dengan mudahnya sama si mas kenek–dalam sekali tarikan rok itu terjatuh bersamaan celana dalamnya.

Cuh! Mas Mark meludah di pantat si manis, ludah kotor itu diseret sama dua jarinya menuju kelamin Donghyuck yang belum sepenuhnya basah. Dan jari itu masuk–mencolok lubang memek dek manis tanpa aba-aba sampai si empunya menjerit. “Mas— Aaahh~! Sakit...”

Persetan dengan rasa sakit, si mas kenek sudah cukup sabar menunggu sampai sesi permotretan selesai, belum lagi sempat bernincang dengan yang lain, emosinya tertahan sedari tadi bahkan setelah sesi kerja si model telah selesai masih saja genit pegang pegang partner kerjanya itu. Mas Mark murka, sekarang sudah gak tahan pengen ngerojok memek lacur pacarnya.

Lalu satu tangan yang nganggur menampari bokong semok di depannya sampai tinggalkan warna merah pada permukaan kulitnya. “Lacur, gak orangnya gak memeknya lacur—lacur semua!”

“Sadar gak kamu itu gak ada bedanya sama lacur–gak ada bedanya sama lonte, lonte yang dihargai lima ratus ribuan!”

“Gatel ya ini bokong kalau gak disentuh? Maunya diremes remes kaya gini iya kan?! Diremes sama siapa aja gak masalah, iya?! Gatel itu tetek kalau gak digesek gesek ke lengen cowo itu?! Gatel gak? Jawab lonte!”

“Mas....” Donghyuck sudah menangis, ranumnya bukan lagi membentuk bulan sabit, tapi sudah melengkung ke bawah keluarkan suara serak merasakan sakit pada bagian intimnya.

Suster cantik dan remaja nakal

Setelah jam kerja selesai, Eci bergegas ke hotel tepat di sebrang rumah sakit tempatnya bekerja. Berjalan menelusuri lorong, mencari nomer kamar yang sudah diberi tahu Marka untuk secepatnya datang, bahkan seragam susternya masih terpasang. Eci gak sempat ganti baju.

“Kereeen, beneran dateng.” Ucap bocah nakal itu sambil tepuk tangan riang setelah lihat si suster di hadapan pintu.

Nyebelin! Marka bocah paling nyebelin yang pernah Eci temui.

“Masuk sayang~”

Dengan sedikit ragu, Sus Eci langkahkan tungkainya memasuki kamar hotel yang di dalamnya sudah ada remaja nakal super nyebelin.

“Jadi....mau?”

Mau tidak mau, Eci gak punya pilihan lain. Kalau nolak ajakan remaja mesum itu adiknya akan dikerjai lebih parah lagi sama geng anak nakal Marka, belum lagi bocah bocah nakal lainnya di sekolah yang Eci gak kenal.

“Janji ya, habis ini kamu selesaiin semuanya dan biarin Echa belajar dengan nyaman di sekolah.”

Marka turun dari ranjang yang sedari tadi ia duduki, hampiri Eci, berdiri tepat di belakang si suter kemudian berbisik. “Janji, sayang.” Di akhiri kecupan pada cuping Sus Eci.

Eci merinding sekujur badan.

Gak sampai situ, bocah nakal itu tarik pinggang Eci mendekat sampai nempel, bokong sintalnya nempel sama selangkangan si remaja. Marka tarik dagu Eci ke samping sampai mata mereka ketemu, kemudian si remaja dekatkan ranum, mempertemukan kedua belah bibirnya. Eci gak ada tindakan apapun, hanya diam, pasrah akan permainan Marka.

“Mnhh~ sakit... “

“Makanya buka, gue mau masuk.”

Lalu remaja itu memasukan lidahnya ke dalam mulut Eci, menelusuri, mengabsen gigi suster yang rapi, sampai tiba Eci membalas lumatan Marka, lidah mereka bergulat, saling menyesap, bertukar ludah merasakan satu sama lain.

Marka menarik pinggang Eci semakin dekat sampai tak menyisakan jarak, mengajak beranjak dari tempatnya dan berpindah ke tempat yang lebih nyaman. Setelah dirasa sudah tepat, si remaja dorong badan suster sampai terjatuh di atas tempat tidur dengan Marka di atasnya.

Tangan bocah nakal itu membuka satu persatu kancing seragam suster, tak sampai dibuka semua, dia berhenti pada kancing ke lima, sebatas pertengahan perut saja.

Pangutan bibirnya dilepas, berpindah pada bagian leher jenjang suster. Marka beri kecupan dalam penuh penekanan, Eci rasa akan meninggalkan jejak disana. Ingatkan Eci setelah pulang dari sini untuk memasukan sendok ke dalam frezeer!

Kecupan itu terus berlanjut semakin turun sampai tepat di depan dada si suster, kecupan bocah itu berubah menjadi jilatan, menjilati gumpalan lemak yang keluar—meluber dari bra berwarna merah muda. Satu tangan Marka menerobos masuk lewati bra, meraba puting si suster yang—rupanya sudah menegang.

“Keras banget pentilnya Ci.” Gak ada sopan santunnya, bocah itu menyebut nama yang lebih dewasa tanpa embel-embel suster.

Eci melirik sinis. Katakanlah ia gila hormat, Eci gak suka sama bocah bandel yang gak ber-atitude kaya remaja mesum seperti Marka ini. Si suster mau dipanggil dengan semestinya, diperlakukan dengan sopan, layaknya orang dewasa lainnya.

Marka yang sadar akan lirikan Eci, ia tanya. “Kenapa?”

“Panggil yang bener.”

“Eci.....kan Eci nama lo?”

“Saya lebih dewasa dari pada kamu, Marka.”

”.... ya terus?”

Salah Eci, mendebatkan hal seperti ini sama Marka. Dia kan memang bocah nakal yang kurang didikan orang tua, bandel, songong, gak paham cara ber-atitude yang baik.

Dengan posisinya Eci masih di bawah Marka, mata mereka bertemu— saling bertatap, tatapan tak mau kalah. “Kita mau ngentot, bukan mau belajar sopan santun Eci, gitu aja dimasalahin.”

Eci menutup paksa bajunya, kemudian mencoba dorong badan bocah nakal itu. “Apa sih?!” Sarkas Marka gak terima.

“Minggir, kita gak jadi!”

“Cuma masalah sepele?!”

“Sepele? Ck! Cepet minggir, saya mau pulang aja.”

Marka ngusak rambutnya ke belakang. Gila aja ini hanya masalah sepele.... masa mau batal ngentot?!

“Suster pleasee kontol gue udah ngaceng banget, pegang nih!” Marka tuntun tangan Eci untuk meremas gundukan celananya. “—masa gara-gara gue cuma manggil nama sampe gak jadi.”

Eci menahan bibirnya, hampir aja tawanya nyembur hanya karena remaja mesum itu yang frustasi sebab kelaminnya sudah menegang tapi perjanjian ngentotnya hampir batal. Sebetulnya tanpa Marka tuntun tangan Eci pun, si suster sudah tau, dari luar celana kentara kalau bocah itu sudah kepalang sange.

“Minta maaf dulu yang bener, habis itu kita lanjutin.”

“Sus Eci maaf ya tadi gak sopan, boleh kita lanjut sekarang?”

“Suster Eci please maafin aku. ” kata Eci, menyuruh bocah itu untuk mengulang ucapannya.

Marka memutar bola matanya malas, namun tetap ia turuti. “Suster Eci, please.... maafin aku,”

Setelahnya Eci ngangguk. Kegiatan panasnya pun dilanjutkan.

Si remaja singkap ke atas seragam suster yang sebatas lutut, memperlihatkan paha mulus yang tak terbalut apapun, tangan Marka otomatis meremas gemas paha mulus itu, merambat naik sampai selangkangan si suster kemudian bocah nakal itu elus elus menggoda sampai si empunya merapatkan paha, merasakan gelenyar menggeletik pada bagian intimnya.

“Sok sok an gak jadi, ini memek lu aja udah basah.”

Bocah mesum itu melepas celana berserta celana dalam, menyisakan pakian atasnya saja, lalu menduduki perut si suter, ia tuntut kontol tegangnya masuk lewat sela sela kain bra yang masih terpasang menopang nenen besar Sus Eci. Marka gapai kedua tangan si suster menyuruh untuk menyatukan teteknya supaya kontol besarnya tergencet dua gumpalan lemak milik Eci.

“Gerakin sus,”

Eci nurut, menaik turunkan nenenya, mengurut kontol Marka yang semakin tegang bahkan sudah mengeluarkan cairan precum dari lubang kecilnya.

“Aahh~ ! Kencengin lagi sus.”

Eci keluarkan seluruh tenaga, menjepit semakim kuat kontol remaja mesum itu pakai dua teteknya, menggerakan lebih brutal dua tetek besarnya sampai bocah mesum itu menggeram nikmat, lehernya nampak sudah berkeringat, matanya terpejam, keenakan kontolnya ngentotin nenen montok Sus Eci.

Sungguh gila luar biasa gila! Sesuai ekspetasi, sesuai bayangan si remaja, genjot nenen besar Sus Eci akan senikmat ini. Marka gak nyangka impiannya akan tercapai begitu cepat.

Dirasa gerakan tempo tangan Sus Eci memelan, Marka mulai bergerak, menggoyangkan pinggulnya menusuk gumpalan daging kenyal itu, tangannya ikut serta genggam kedua tangan Eci yang masih menekan nenennya, supaya menjepit lebih kencang, sebab kini ia merasakan cairan nikmatnya sebentar lagi akan menyembur.

“Fuck!! Nghh—Suster aaahhh~~!!” Pada erangan panjang spermanya nyembur, menghiasi nenen Sus Eci sampai kenai leher cantiknya.

Marka mencolek lelehan sperma pakai jempolnya, lalu mengoleskan pada penisnya kemudian menepuk nepuk kasar bibir plumpy Eci pakai kontolnya yang masih tegang dan ada tetesan cairan putihnya. Selang gak lama ia masukan penisnya ke dalam mulut si suster. Eci hisap kontol besar nan basah sperma itu bak menyesap permen lolipop manis, Marka kembali mengerang—gila! Bukan hanya nenen besarnya, mulutnya pun jago memanjakan kontol. Semua yang ada ditubuh Eci jika diperkosa tidak akan mengecewakan, Marka berani berumpah!!

“Sus nghh~~!Aahh— udah anjing, ntar gue crot lagi!!”

Namun Sus Eci sudah kepalang menikmati kontol besar Marka itu enggan melepaskan. Terlalu sayang kalau dianggurkan, toh kalau mau nge-crott di dalam mulutnya tak masalah, rasa sperma Marka tidak seburuk yang Eci bayangkan.

Si remaja mengubah posisinya, dari yang menghadap arah jarum jam dua belas kini ia berbalik menjadi arah angka jam enam. Marka melucuti celana dalam Eci, sebelum dibuang ke sembarang arah ia endus celana dalam bekas itu, meresapi harumnya celana dalam basah bekas memek Sus Eci, tak lama Marka bergantian ciumi memek si suster, lalu digesek gesek pakai ujung hidungnya, Eci yang masih sibuk jilati pangkal kontol Marka sedikit berjengit.

Bocah mesum itu gantian beraksi, dua jari ia tempelkan pada labia si suster lalu melebarkan sampai daging merah berkedutnya terlihat, Marka mendekatkan mulutnya, menjilat lelehan becek memek Eci sampai sang empunya kembali menggelinjang serta keluarkan lengguhan, kakinya merapat menjepit kepala si remaja.

Marka semakin asik bermain di bagian intim suster, sedang Sus Eci sudah melepaskan kontol bocah itu, membiarkan bergelantung bebas tepat di depan mulutnya yang menganga keluarkan desahan tanpa henti, pun belepotan bekas cairan Marka dan liurnya sendiri, matanya memejam erat menerima permainan bocah itu.

Marka turun dari badan suster, menyuruh si suster untuk menungging. Rok Eci digulung—di naikan lagi sampai ke pinggang, ditamparnya sekali bokong semok di hadapannya sampai meninggalkan bercak merah pada salah satu daging tebal itu. Tanpa aba-aba si remaja memasukan dua jari ke dalam memek becek suster, mengobrak abrik isinya, satu tangan yang nganggur digunakan untuk menampar dua bongkahan merekah kanan kiri secara bergantian.

Perih—tamparan bocah itu terlampau kasar sampai Eci merasakan bokongnya ngilu, namun lain lagi dengan memek beceknya yang terus keluarkan cairan kotor semakin nyedot kenceng jari tebal si remaja. Marka nambah satu jarinya lagi, tiga jari di dalam lubang becek Sus Eci, gempuran jari jari kotor itu semakin kencang sampai keluarkan bunyi nyaring clok clok clok mengisi kamar hotel itu bersahutan sama suara jeritan si suster.

“Marka aaahhh~~!!”

“Enak ya memek murahannya dilecehin pake jari gue?”

Si suster hanya mampu mengangguk, namun Marka membalas dengan tamparan lebih keras lagi di bokongnya yang sudah merah padam. “Jawab suster, mulutnya dipake buat ngomong, jangan cuma buat desah keenakan doang!”

“Enak ya memek lacur lu dicolok tiga jari gue?”

Eci ngangguk semangat, “Iya–hanghh~~aaahhh! Ena–aahh~ enakk Marka.”

Marka mengangguk puas. Seiring tiga jarinya merusak lubang memeknya jempolnya menekan benda kecil yang nyempil namun sudah berwarna merah merekah itu, si remaja tekan tekan terus itil Eci bersamaan dengan tiga jarinya tanpa henti merojok memek ngoroc si suster, sedang Sus Eci udah tolol, sprei di bawahnya basah kenai liurnya yang terus netes, lidahnya menjulur keluar, kedua tangannya meremas sprei sangat kuat.

Eci jadi penasaran, Marka bocah delapan belas tahun tapi sudah sangat handal gini mainin memek orang dewasa lalu bocah itu sudah nakal dari umur berapa ya....?

Persetan dengan rasa penasarannya, kini si bocah mesum itu sudah mengganti tiga jari pakai kontol besar beruratnya, Eci melengguh keras, bahkan tiga jari pun rasanya kalah jauh sama kontol besar Marka... rasanya Eci mau pingsan saja, merasakan titik ter-enaknya yang terus terusan dikenai sama kontol Marka. Belum lagi tangan basah Marka yang bekas cairan memek Eci kini meremas gundukan nenennya, meremas kencang bersamaan dengan genjotannya. Kontol si remaja merojok lubang memeknya, merusak, mengobrak abrik setiap Marka menarik keluar kontolnya kemudian menyodok lagi disitu Sus Eci akan melengguh keras sebab itilnya ditabrak keras sama testis Marka dengan brutal. Bokongnya makin naik ke atas, bikin remaja semakin gila menyentak kontolnya masuk semakin dalam, sampai kulit bagian perutnya menabrak bokong sintal Eci, kulit ketemu kulit, dan keluarkan bunyi nyaring seperti tamparan kesar.

Eci merasakan pelepasannya hampir sampai, tapi bocah itu malah menarik kontolnya keluar dari memeknya.

“Gak boleh keluar sebelum gue keluar!” Kata Marka penuh tekanan.

Gila aja, titik sensitifnya hampir termainkan semua tapi ia dilarang keluar, gimana caranya.... dasar remaja nakal!

Marka merebahkan tubuhnya, lalu Eci naik di atasnya, tangannya dengan mudah memasukan kontol ngaceng bocah itu ke dalam lubang surganya.

“Aaaahhh~~!” Seiring dengan bokongnya menduduki penis Marka, pun batang kontol itu masuk semakin dalam ke lubang becek memek Eci.

Eci menggerakan pinggulnya, naik turun secara perlahan tapi berkat bantuan dua tangan Marka yang mengangkat pinggangnya jadi goyangan brutal.

Gatal, semakin tonjolan manis di dalam sana terkena kontol Marka maka disana ada rasa yang kian gatal yang menyeruak. Si suster semakin lincah, menggoyangkan pinggulnya, kini bukan lagi naik turun tapi gerakan memutar seakan lagi ngulek kontol besar yang lagi ngerojok memek lacurnya. “Aaaahhh~~ enak marka~ nghh–!

Marka ikut serta dalam gerakannya, mendorong pinggangnya untuk kontolnya semakin masuk ke dalam memek Eci, merusak lubang becek itu dan merasakan nikmat sebab kontolnya diremas begitu kuat di dalam sana.

“Lo enak banget anjing Eci, memeknya ketat banget—mnghh~ fuck gue mau keluar!”

“Keluarin, Marka jangan keluar di dalem!”

Persetan dengan larangan itu, remaja mesum itu mengeluarkan spremanya di dalam memek Eci, menyembur berkali kali sampai badannya bergetar. “Aahhh... udah terlanjur,”

Setelah dirasa pelepasannya sudah tuntas, Marka menarik keluar kontolnya, membiarkan lubang memek Sustee Eci yang menganga lebar minta dirojok lagi dan lagi.

Marka mengganti kontolnya pakai jarinya lagi, kemudian mengobrak abrik lubang beceknya, sampai tiba Eci semburkan cairannya kenai tangan Marka yang masih bersangkar di dalam.

“Hahaha squirter ya lo ternyata.. “

Eci gak peduli, ia terkulai, badannya sudah lemas setelah sesi permainan bersama remaja nakal itu. Sudah lama sekali ia tidak bermain begitu panasnya apalagi sampai squirt seperti barusan... luar biasa.

Marka terkekeh, ia berjalan tanpa rasa malu entah bocah itu hampiri apa Eci hanya mampu memperhatikan dari atas kasur kotor, basah sana sini kenai cairannya dan sprema remaja nakal itu.

Matanya membola begitu melihat si remaja memegang benda yang tidak asing.... “Marka?”

“Kenapa? Mau nobar gak... permainan kita barusan?”

“Kamu gak ada bilang pasang kamera?”

“Ya kalau gue bilang, ntar lu gak mau hahaha! Udahalah sus... mau nobar gak?” Tanyanya lagi.

“Gak!” Eci segera bangun, kemudian merapikan pakaiannya lagi, ingin segera keluar dari tempat setan ini!

“Mau kemana sih buru-buru amat.”

“Pulang.”

Marka mengedikan bahu acuh, ia sedang sibuk melihat hasil rekaman kamera yang ia pasang tanpa sepengetahuan Eci.

“Seru nih kalau rekaman ini gue kirim ke Echa... pasti dia shock lihat kakanya yang keliatan polos ternyata binal kalau udah disodok kontol gue.”

“Jangan gila kamu.”

Tawa bocah nakal itu meledak, “sus sus lain kali perhatiin sekitar makanya, jangan fokus ke kontol gue aja,”

“Perjanjian kita udah selesai, besok kamu pastiin Echa aman di sekolah.” Ucap Eci tepat di depan pintu, hendak ingin keluar namun tertahan oleh jawaban Marka.

“Selesai?” Tanya Marka, nadanya terdengar sangat menyebalkan di telinga si suster.

“Maksud kamu apa, Marka?”

“Selesai apanya, ini rekaman bakal gue gunain buat manggil lo. Kalau lo gue butuhin dan nolak.... ya sorry aja ini bakal gue sebar... dan lo bakal kehilangan pekerjaan lo.... adik lo bakal tau.... dan nama lo buruk... “

Eci banting pintu setelah sudah keluar, gila bocah itu betulan gila, Eci gak habis pikir.

Di bekalang puntu si suster menangis, merutuki dirinya sendiri, kenapa ia sebodoh ini mau dikerjai habis-habisan oleh bocah mesum itu. Sekarang ia dilanda penyesalah, dan gelak tawa Marka dari belakang pintu terdengar sangat kencang, sangat amat menyebalkan.

Tukang kendang & Sinden

Dua minggu yang lalu Mark dapat panggilan untuk datang menggendang di acara pesta rakyat yang diadakan sama kepala desa tempatnya di desa sebelah.

Malam telah tiba, malam yang ia tunggu-tunggu, Mark tersenyum cerah. Diambilnya sebuah parfum, ia semprotkan wewangian itu ke titik tertentu ; seperti tengkuk leher, pergelangan tangan, serta dengkul kaki. Rambutnya disisir rapi—ke atas, supaya nanti tidak ganggu kegiatan menggendang di acara sana.

“Mas Marki! Ya ampun nggantenge.”

“Halah halah lambene..... nduk nduk, kok yo wes pinter ngalus! Pripun kabarmu, nduk?” Jawab Mark, sambil tarik helaian rambut wanita cantik yang duduk di depan cermin—nata rambut hendak dipasang sanggul.

Wanita itu bernama Lina, sinden lama yang udah kenal dekat sama Mark. Saking dekatnya Lina sudah dianggap adik sendiri sama Mark.

“Omong-omong mas udah tahu belum?

“Nopo Lin?”

“Katane nanti bakalan ada sinden baru! Mas ndak tahu?”

“Ndak. Mas ndak denger ada desas desus itu.”

“Wih mas, cah e ayu pol! Bodine mont—”

“Hush! Cangkemu kui lho!”

“Lho bener kok! Bodine montok, terusen susune sampe tump—”

“Wes mboh lah, Lin.”

Mupeng sendiri dengerin ocehan Lina, Mark gak sanggup lagi, dia memilih pergi ninggalin Lina yang masih ngoceh bak burung beo.

Persiapan sudah matang, Mark terduduk ngeleprak di atas panggung bersama rekan lain, tepat di hadapannya ada gendang yang siap untuk dipukul. Sedang di depan sana ada pembawa acara lagi nyapa para penonton yang bersorak ria menyoraki sambutan dari sang pembawa, mereka semua akan menyiksakikan persembahan yang sudah di siapkan oleh para sinden cantik, diringi alat musik serta tabuhan gendang sebagai penyempurna lagu.

Acara berjalan sempurna, sinden sinden bergantian menyanyi dan menari dengan logatnya, tabuhan suara gendang dari jemari lincah tukang gendang membuat alunan musik semakin menarik.

Mark mengintip dari tempatnya setelah satu nama asing terdengar di telinganya. “Chandra Widari” Mark kulum senyumnya, nama yang cantik mempunyai makna Bulan Bidadari seperti paras yang punya nama. Jalannya anggun, setelah sudah berasa di atas panggung Chandra menunduk sopan. “Kulo sinden baru,”